REPUBLIKA.CO.ID, INDIANA -- Beberapa brand mobil non Amerika memutuskan untuk melakukan produksi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Amerika Serikat (AS). Sebab, negara tersebut merupakan pasar yang besar untuk segmen mobil listrik.
Dikutip dari Green Car Reports pada Jumat (11/11), keputusan itu rupanya tak diikuti oleh Subaru. Karena, pabrikan Jepang itu menilai upah tenaga kerja di Amerika terlalu tinggi.
Sebenarnya, saat ini Subaru telah memiliki pabrik di AS untuk memproduksi beberapa mobil konvensional seperti Ascent, Impreza, Legacy dan Outback. Tapi, untuk melakukan produksi mobil listrik, maka Subaru harus membangun pabrik baru yang khusus untuk merakit EV.
CEO Subaru, Tomomi Nakamura mengatakan, upah di AS sangat tinggi. Ia mengilustrasikan, pegawai paruh waktu di McDonalds digaji sekitar 20 dolar AS per jam.
"Jika kita membangun pabrik baru di AS, maka kita akan kesulitan untuk mendapat pekerja karena gaji di McDonalds hampir setara dengan gaji di pabrik Subaru," kata Tomomi Nakamura.
Anehnya, argumentasi Subaru itu sama sekali bukan jadi hal yang jadi persoalan bagi pabrikan lain. Beberapa brand Jepang lain yang telah berkomitmen untuk membangun pabrik baru di AS adalah Honda dan Nissan.
Para pabrikan tersebut tak mempersoalkan upah karena meyakini pasar EV di AS akan terus tumbuh mengingat negara itu memiliki sejumlah kebijakan untuk mendorong penerapan mobil listrik.