REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Paus Fransiskus makan siang bersama ratusan pengungsi, orang miskin, dan tunawisma pada Ahad (13/11/2022). Dia menyerukan komitmen baru untuk membantu masyarakat yang paling lemah dan mengecam upaya yang menenggelamkan teriakan minta tolong kelompok rentan.
Pemimpin Gereja Katolik ini merayakan Hari Orang Miskin Sedunia Gereja Katolik dengan mengundang sekitar 1.300 orang miskin ke Vatikan untuk Misa dan makan siang khusus. Anak-anak memeluk lehernya saat dia duduk di salah satu dari lusinan meja yang disiapkan di aula audiensi Vatikan.
Selama Misa, Paus mengecam ketidakpedulian yang ditunjukkan dunia kepada para migran dan orang miskin. Dia menyinggung kepada keberadaan sosok yang yang mengobarkan ketakutan dan konspirasi tentang migran demi keuntungan pribadi.
"Janganlah kita terpesona oleh sirene populisme, yang mengeksploitasi kebutuhan nyata masyarakat dengan solusi yang mudah dan tergesa-gesa,” kata Paus Fransiskus.
Paus juga menyesalkan bahwa perang di Ukraina hanya menambah penderitaan orang miskin, yang masih belum pulih dari pandemi virus corona, serta dari bencana alam dan perubahan iklim.
“Hari ini juga, jauh lebih banyak daripada di masa lalu, banyak saudara dan saudari kita, yang sangat diuji dan putus asa, bermigrasi untuk mencari harapan, dan banyak orang mengalami ketidakamanan karena kurangnya pekerjaan atau kondisi kerja yang tidak adil dan tidak bermartabat,” katanya.
Selain jamuan makan siang, pemeriksaan medis gratis yang sempat terhenti karena Covid-19 dimulai kembali pekan ini di Lapangan Santo Petrus. Layanan tersebut menyediakan pemeriksaan, vaksin, tes darah, elektrokardiogram, serta tes hepatitis C, tuberkulosis, dan HIV. Paroki-paroki setempat juga membagikan 5.000 kotak makanan yang disumbangkan oleh supermarket.
Peringatan tahun ini terjadi dalam kemelut Italia yang menjadi jantung perdebatan Eropa tentang migrasi. Pemerintahan Perdana Menteri Giorgia Meloni yang dipimpin sayap kanan akan berhadapan langsung dengan Prancis mengenai nasib orang-orang yang diselamatkan di Mediterania. Italia menahan empat kapal penyelamat di laut selama berhari-hari sampai akhirnya membiarkan tiga kapal berlabuh pada minggu lalu dan memaksa Prancis untuk menyelamatkan kapal keempat.
Kebuntuan tersebut memicu pertikaian diplomatik yang mengakibatkan Prancis menangguhkan partisipasinya dalam program redistribusi migran Eropa. Paris pun memperkuat penyeberangan perbatasannya dengan Roma.