REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mustahadhoh nifas adalah perempuan yang mengeluarkan darah nifas lebih dari 60 hari 60 malam (masa maksimal nifas). Rujukan mengenai identifikasi darah mustahadhoh nifas menjadi penting bagi perempuan untuk menentukan waktu sholat dan juga puasa.
Dalam buku Sumber Rujukan Permasalahan Wanita yang diterbitkan Lajnah Bahsul Masail Madrasah Hidayatul Mubtadien Ponpes Lirboyo dijelaskan, ada beberapa pembagian tentang mustahadhoh nifas. Pertama, mubtadi'ah mumayyizah fi an-nifas. Yakni perempuan yang pertama kali nifas.
Pada saat itu darah yang keluar melebihi 60 hari 60 malam. Serta antara darah kuat dengan darah lemah bisa dibedakan dan darah kuat tidak lebih dari 60 hari 60 malam. Sedangkan ketentuannya, darah kuat dihukumi nifas dan darah lemah dihukumi istihadhoh.
Contohnya, seorang wanita yang belum pernah nifas, setelah melahirkan ia mengeluarkan darah kuat selama 55 hari dan kemudian darah lemah selama 10 hari.
Kedua, mubtadiah ghoiru mumayyizah fi an-nifas. Yakni wanita yang pertama kali nifas yang pada saat itu darah yang keluar melebihi 60 hari 60 malam. Serta antara darah kuat dengan darah lemah tidak bisa dibedakan, atau bisa namun darah kuat lebih 60 hari 60 malam.
Adapun hukumnya adalah apabila ia belum pernah haidh dan suci, maka darah yang setetes pertama dihukumi nifas. Dan 29 hari 29 malam selanjutnya dihukumi istihadhoh. Kemudian sehari semalam sesudahnya dihukumi haidh, sampai begitu seterusnya bergantian antara istihadhoh 29 hari dan haidh sehari semalam.
Ketiga, mu'tadah mumayyizah fi an-nifas. Yakni perempuan yang sudah pernah nifas kemudian ia mengeluarkan darah melebihi 60 hari 60 malam. Sementara antara darah kuat dengan darah lemah bisa dibedakan dan darah kuat tidak lebih 60 hari 60 malam. Hukumnya adalah darah kuat dihukumi nifas, sedangkan darah lemah dihukumi istihadhoh.
Contohnya, seorang perempuan adat nifasnya 45 hari. Kemudian setelah melahirkan mengeluarkan darah kuat selama 55 hari dan darah lemah selama 10 hari. Maka, 55 hari dihukumi nifas, 10 hari dihukumi istihadhoh (nifasnya tidak disamakan dengan adatnya).
Keempat, mu'tadah ghoiru mumayyizah fi an-nifas hafidhoh li'adatiha qodron wa waqtan. Yakni seorang perempuan yang sudah pernah nifas kemudian ia mengeluarkan darah melebihi 60 hari 60 malam. Dan antara darah kuat dan lemah tidak bisa dibedakan. Sementara ia masih ingat lama dan waktu kebiasaan nifasnya.
Adapun hukumnya, jika ia belum pernah haidh dan suci, maka darah yang lamanya sama dengan pengadatan nifas dihukumi nifas. Kemudian darah yang lamanya 29 hari 29 malam dihukumi istihadhoh dan 1 hari 1 malam dihukumi haidh. Begitu seterusnya bergantian antara 29 hari istihadhoh dan sehari semalam haidh.
Contoh, seorang wanita adat nifasnya 40 hari. Setelah melahirkan maka keluar darah yang sifatnya sama selama 100 hari. Maka 40 hari pertama (sama dengan dat nifasnya) dihukumi nifas, 29 hari 29 malam selanjutnya dihukumi istihadhoh, 1 hari 1 malam selanjutnya dihukumi haidh, 29 hari 29 malam selanjutnya dihukumi istihadhoh dan 1 hari 1 malam dihukumi haidh.
Kelima, mu/tadah ghoiru mumayyizah fi an-nifas nasiyah li'adatiha qodron wa waqtan. Yakni perempuan yang sudah pernah nifas kemudian ia mengeluarkan darah melebihi 60 hari 60 malam. Sementara antara darah kuat dengan darah lemah tidak bisa dibedakan. Sedangkan ia tidak ingat lama dan aktu kebiasaan nifas.
Hukumnya adalah darah setetes pertama disebut nifas dengan yakin. Selanjutnya harus berhati-hati. Sehingga ia wajib mandi setiap akan shalat fardhu hingga 60 hari. Dan selanjutnya wajib wudhu tiap akan melaksanakan shalat fardhu.
Contohnya, seorang ibu setelah melahirkan mengeluarkan darah yang sifatnya sama selama 65 hari. Maka, darah setetes pertama dihukumi nifas secara yakin, sedangkan 60 sedikit setelahnya wajib berhati-hati (wajib mandi setiap akan melaksanakan shalat fardhu) dan 5 hari setelahnya wajib wudhu setiap akan melaksanakan shalat.