Jumat 18 Nov 2022 00:13 WIB

Jejak.in Hitung Emisi Karbon dari G20

Penghitungan jejak karbon bertujuan untuk membangun pariwisata berkelanjutan.

Wisatawan beraktivitas di kawasan The Apurva Kempinski Bali yaitu hotel yang menjadi tempat pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Nusa Dua, Badung, Bali, Ahad (6/11/2022).
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Wisatawan beraktivitas di kawasan The Apurva Kempinski Bali yaitu hotel yang menjadi tempat pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Nusa Dua, Badung, Bali, Ahad (6/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkolaborasi dengan Jejak.in untuk merekam jejak karbon atau carbon footprint offset yang ditinggalkan pasca pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Hal tersebut ditujukan sebagai upaya mewujudkan konsep pariwisata berkelanjutan yang ramah lingkungan.

"Penghitungan carbon footprint ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Kami menugaskan Jejak.in untuk menghitung berapa emisi karbon dari G20 ini dan kira-kira G20 ini apakah telah berhasil meng-offset dari segi emisi karbon," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat bertemu Founder dan CEO Jejak.in, Arfan Arlanda.

Baca Juga

Nantinya, hasil penghitungan bakal diumumkan pada Asean Travel forum 2023 pada Februari 2023.

"Jadi ini adalah gold standard dari event berkelas dunia di mana sustainable tourism ini mengharuskan kita untuk memiliki konsep green MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition)," ujarnya.

Menurut Sandiaga, pengembangan pariwisata berkelanjutan merupakan hal yang sangat penting bagi upaya membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif membuka lapangan kerja di Indonesia.

Dia optimistis ada tiga juta lapangan kerja yang bisa diciptakan melalui pariwisata berkelanjutan yang melingkupi sektor pertanian, industri perhotelan, restoran dan kafe yang bisa onboard.

Dalam kesempatan yang sama, Arfan Arlanda menyatakan pihaknya siap melaksanakan kolaborasi-kolaborasi yang telah disepakati dengan Kemenparekraf. 

"Kami provide teknologinya untuk menghitung berapa emisi (karbon) semua kegiatan wisata di Indonesia kemudian kami juga support untuk mengajak (wisatawan) berkontribusi dalam kegiatan hijau seperti menanam pohon di semua daerah destinasi wisata," ungkapnya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement