REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) skeptis terhadap laporan yang mengatakan bahwa Iran telah mengembangkan rudal hipersonik. Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh pada Kamis (17/11/2022) malam mengatakan, Washington akan terus memantau perkembangan sistem rudal Iran.
"Kami telah melihat laporan yang ditegaskan dan keluar dari Iran, kami skeptis terhadap laporan tersebutm Kami akan terus memantau dengan cermat setiap perkembangan atau proliferasi dari Iran atau sistem rudal,” kata Singh, dilaporkan Al Arabiya, Kamis.
Pekan lalu, kantor berita semi-resmi Tasnim mengutip Komandan Kedirgantaraan Garda Revolusi Iran, Amir Ali Hajizadeh mengatakan, Iran telah membangun rudal balistik hipersonik. Rudal hipersonik dapat terbang lebih dari lima kali kecepatan suara. Rudal hipersonik lebih bermanuver daripada rudal balistik lainnya. Keunggulan lain dari rudal hipersonik adalah mereka membutuhkan lintasan rendah di atmosfer, sehingga lebih sulit untuk dilawan.
"Rudal ini memiliki kecepatan tinggi dan dapat bermanuver keluar masuk atmosfer. Itu akan menargetkan sistem anti-rudal canggih musuh dan merupakan lompatan generasi besar di bidang rudal,” kata Tasnim mengutip Ali Hajizadeh.
Sebelumnya Iran telah menguji Ghaem 100, yaitu kendaraan peluncur ruang angkasa pertamanya, yang mampu menempatkan satelit seberat 80 kilogram (180 pon) di orbit dengan jarak 500 kilometer (300 mil) dari permukaan bumi. Amerika Serikat (AS) menyebut tindakan seperti itu mengganggu stabilitas, karena kendaraan peluncuran ruang angkasa dapat digunakan untuk mengangkut hulu ledak nuklir.
Kekhawatiran tentang rudal balistik Iran berkontribusi terhadap keputusan AS yang menarik diri dari perjanjian nuklir Iran atau JCPOA pada 2018, di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump. Ketika itu, AS juga menjatuhkan sanksi yang menyebabkan perekonomian Iran terpuruk. Sejak itu, Iran mulai meningkatkan pengayaan uranium mendekati tingkat senjata nuklir. Namun Iran membantah ingin mengembangkan senjata nuklir.