REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- -Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bersama Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia berkolaborasi menggelar Bimbingan Teknis UMKM Bikopra bagi anggota Aspekpir Provinsi Riau. Kegiatan diikuti120 peserta yang berasal dari koperasi anggota Aspekpir Riau, perwakilan dari dinas provinsi Riau serta dinas-dinas kabupaten di provinsi itu.
Gubernur Riau, Syamsuar, mengapresiasi pelaksanaan Bimbingan Teknis UMKM Bikopra yang di fasilitasi BPDPKS. Ia berharap agar perencanaan yang dibuat di bimtek ini dapat menjadi kenyataan sehingga petani plasma akan semakin maju, kuat dan menjadi lebih besar lagi.
"Kebijakan Pemerintah Provinsi Riau terkait pengembangan komoditas kelapa sawit diarahkan untuk mendukung kelapa sawit sebagai komoditi andalan dan salah satu penghasil devisa utama negara yang terbukti mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekebun kelapa sawit," ujar Gubernur.
Menurut dia, dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk CPO, Pemprov Riau melalui BUMD Riau berencana mengembangkan produk turunan berupa minyak goreng dengan kualitas ekspor dengan standar dan harga yang wajar. Pangsa pasar utamanya masyarakat lokal di Riau.
Recana ini, katanya, dirasa wajar untuk dikembangkan karena Riau yang dikenal memiliki lahan terluas dan penghasil utama komoditas kelapa sawit Indonesia, belum memiliki ikon produk turunan kelapa sawit. “Ke depan, Riau diharapkan bisa dikenal sebagai penghasil minyak goreng dan turunan CPO lainnya,” katanya.
Kepala Divisi KUKM BPDPKS Helmi Muhansyah mengatakan pihaknya selalu memberikan dukungan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan perkelapasawitan. Termasuk dari Divisi UKMK yang salah satu tugasnya adalah bagaimana membangun kemitraan dalam rangka mengembangkan usaha kecil, menengah dan koperasi.
Dukungan terhadap kegiatan Bimbingan Teknis Bikopra ini adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan dengan harapan agar petani kelapa sawit, khususnya anggota Aspekpir dapat semakin berkembang. “Kami berharap kegiatan ini juga dilaksanakan di daerah lainnya di Indonesia,” katanya.
Dia menilai Riau sangat potensial mengembangkan Bikopra merupakan penghasil utama kelapa sawit dengan petani-petani kelapa sawitnya yang berkompeten. "Tinggal bagaimana bisa berkolaborasi bersama-sama dan yang paling penting adalah bagaimana bisa terus mempromosikan kebaikan-kebaikan kelapa sawit ini," ujarnya.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah tentang black campaign. Kampanye negatif ini bukan hanya dari luar Indonesia, tapi juga dari dalam negeri karena pemahamanan atau persepsi yang kurang baik terhadap komoditas kelapa sawit. “Nah, bagaimana kita bisa membangun persepsi negatif ini menjadi positif dengan mempromosikan kebaikan-kebaikan kelapa sawit,” kata Helmi.