Rabu 23 Nov 2022 15:00 WIB

Kongres Ulama Perempuan Indonesia II: Pengkaderan Ulama Dimulai di Pesantren dan Kampus

Kongres Ulama Perempuan Indonesia II diselenggarakan di pesantren dan kampus.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Kongres Ulama Perempuan Indonesia II: Pengkaderan Ulama Dimulai di Pesantren dan Kampus. Foto: Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menyambut para delegasi Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ke II di gedjng Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Selasa(22/11). Kongres yang akan dihelat 23 - 26 November 2022 ini diikuti delegasi jlama perempuan dari 31 negara.
Foto: Humas Pemprov Jateng
Kongres Ulama Perempuan Indonesia II: Pengkaderan Ulama Dimulai di Pesantren dan Kampus. Foto: Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menyambut para delegasi Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ke II di gedjng Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Selasa(22/11). Kongres yang akan dihelat 23 - 26 November 2022 ini diikuti delegasi jlama perempuan dari 31 negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II dibuka di Auditorium II UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah pada Rabu (23/11/2022). Ketua Majelis Musyawarah KUPI, Nyai Badriyah Fayumi, dalam pidatonya menyampaikan bahwa pengkaderan ulama dimulai dari pesantren dan kampus, karena itu KUPI II diselenggarakan di kampus dan pesantren.

Nyai Badriyah mengatakan, perhelatan KUPI dua kali dilaksanakan di kampus dan pesantren. Bukan tanpa makna KUPI dilaksanakan di UIN Walisongo Semarang dan Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari di Jepara. Karena di kampus dan pesantren pengkaderan ulama dimulai.

Baca Juga

KUPI II memilih kampus dan pesantren sekaligus karena kampus dan pesantren adalah ruang khidmat utama bagi ulama perempuan. Ulama perempuan akademisi khidmatnya di kampus dengan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

"Ulama perempuan di pesantren para ibu nyai melakukan khidmat pendidikan, dakwah dan pemberdayaan masyarakat, ini tiga fungsi pesantren yang secara eksplisit ada di undang-undang pesantren dilakukan oleh ibu nyai di pesantren," kata Nyai Badriyah saat pidato di pembukaan KUPI II, Rabu (23/11/2022).

Ia mengatakan, di momen KUPI II ini juga diperkuat basis keulamaan yaitu dengan hadirnya para pemimpin jaringan majelis taklim dan pemimpin ormas Islam perempuan.

Ia menambahkan, tradisi keilmuan yang ada di kampus dan pesantren sama-sama tradisi keilmuan Islam, namun punya penekanan dan kekhasan masing-masing. Kampus dan pesantren menjadi tiang penting cara berpikir keulamaan KUPI.

Pesantren mewakili tradisi keilmuan Islam yang berbasis keilmuan Islam berbasis turots, belajar secara urut sampai khatam. Kampus mewakili tradisi keilmuan Islam yang melihat satu persoalan secara tematik dan komprehensif dengan pendekatan multidisipliner.

"Kedua hal ini kita gunakan dalam KUPI merespon segala persoalan termasuk dalam merumuskan hasil musyawarah keagamaan beserta rekomendasinya," ujar Nyai Badriyah.

Sebelumnya, Ketua Majelis Musyawarah KUPI ini mengatakan sebelum pembukaan KUPI II telah banyak dilakukan berbagai rangkaian acara. Acara tersebut banyak dinisiasi oleh kaum muda. Misalnya agenda Mubadalah Postgraduate Forum, dihadiri empat narasumber, sepuluh pembahas dan 57 presenter. Mereka hadir membawa ilmu ke KUPI untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman secara mandiri serta swadaya.

"Ada 210 penulis esai, menyumbangkan tulisan tentang ulama perempuan dan keulaman perempuan diorganisasi oleh anak muda dan dilakukan secara swadaya," kata Nyai Badriyah.

Untuk diketahui, KUPI II bertema “Menegukan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan" diselenggarakan di Semarang dan Jepara, Jawa Tengah pada 23-26 November 2022.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement