REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Perusahaan energi nuklir Ukraina, Energoatom mengatakan sejumlah unit Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Pivdennoukrainsk mati karena serangan udara Rusia di seluruh Ukraina. PLTN Pivdennoukrainsk terletak di selatan Ukraina.
"Semuanya baik-baik dengan stasiun, tidak ada tempat untuk menghasilkan listrik," kata juru bicara Energoatom mengenai PLTN di wilayah Mykolaiv, Rabu (23/11).
Seorang pejabat daerah mengatakan unit-unit di PLTN Khmelnytskyi di Ukraina barat juga tidak beroperasi. "Unit-unit ini terhenti, tidak ada listrik, air, mungkin pemanas," kata Walikota Netishyn yang terletak di PLTN Khmelnytskyi, Oleksandr Suprunyuk.
Sebelumnya dilaporkan Pemerintah Ukraina berjanji mendirikan tempat tinggal sementara yang menyediakan pemanas. Pemerintah juga mendorong warga untuk menghemat energi di tengah musim dingin yang berat dan diperburuk serangan tanpa henti Rusia yang menghancurkan infrastruktur listrik Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan "pusat-pusat" khusus akan didirikan di seluruh Ukraina untuk menyediakan listrik, pemanas, air, internet, jaringan telepon genggam dan apotik. Pusat-pusat itu gratis dan buka sepanjang waktu.
Serangan-serang Rusia memutus listrik sekitar 10 juta konsumen dalam waktu lama. Operator jaringan listrik nasional Ukraina mengatakan kerusakannya sangat parah.
"Bila serangan besar Rusia terjadi lagi dan jelas listrik tidak bisa diperbaiki dalam hitungan jam, 'pusat-pusat tak terkalahkan' akan bertindak dengan semua layanan penting," kata Zelenskyy, Selasa (22/11) malam.
Pihak berwenang telah memperingatkan pemutusan listrik dapat berdampak pada jutaan orang pada akhir Maret. Dampak terbaru invasi Rusia yang sudah berlangsung selama sembilan bulan dan menewaskan puluhan ribu orang, memaksa jutaan mengungsi dan mengguncang perekonomian dunia.
Serangan-serangan Rusia ke fasilitas energi Ukraina digelar setelah pasukan Moskow mengalami kemunduran. Seperti direbutnya kembali Kota Kherson, tepi barat Sungai Dnipro yang membelah Ukraina.