Selasa 29 Nov 2022 09:26 WIB

PM Sunak: Era Keemasan Inggris-China Telah Berakhir

China menimbulkan tantangan "sistemik" terhadap nilai-nilai dan kepentingan Inggris

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan, era keemasan hubungan Inggris dengan China telah berakhir, bersamaan dengan gagasan naif bahwa perdagangan secara otomatis akan mengarah pada reformasi sosial dan politik.
Foto: Leon Neal/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan, era keemasan hubungan Inggris dengan China telah berakhir, bersamaan dengan gagasan naif bahwa perdagangan secara otomatis akan mengarah pada reformasi sosial dan politik.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan, era keemasan hubungan Inggris dengan China telah berakhir, bersamaan dengan gagasan naif bahwa perdagangan secara otomatis akan mengarah pada reformasi sosial dan politik. Dalam pidato kebijakan luar negeri pertamanya, Sunak mengatakan, China menimbulkan tantangan "sistemik" terhadap nilai-nilai dan kepentingan Inggris.

"Beijing secara sadar bersaing untuk mendapatkan pengaruh global dengan menggunakan semua tuas kekuasaan negara. Mari kita perjelas, apa yang disebut 'era emas' telah berakhir, bersama dengan gagasan naif bahwa perdagangan akan mengarah pada reformasi sosial dan politik,” kata Sunak, mengacu pada deskripsi mantan Menteri Keuangan George Osborne tentang hubungan Sino-Inggris pada 2015.

Sunak mengatakan, pemerintahannya akan memprioritaskan hubungan perdagangan dan keamanan dengan sekutu Indo-Pasifik. Dia menambahkan, ekonomi dan keamanan adalah prioritas yang tidak dapat dipisahkan di kawasan tersebut.

"Kami menyadari China menimbulkan tantangan sistemik terhadap nilai-nilai dan kepentingan kami. Tentu saja, kita tidak bisa begitu saja mengabaikan signifikansi China dalam urusan dunia, untuk stabilitas ekonomi global atau masalah seperti perubahan iklim. Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, dan banyak negara lainnya juga memahami hal ini," ujar Sunak, dilaporkan Aljazirah, Senin (28/11/2022).

Pidato tersebut disampaikan saat ketegangan antara Inggris dan China semakin meningkat. Seorang reporter BBC, Ed Lawrence, ditangkap saat meliput aksi protes atas kebijakan penguncian ketat terkait Covid-19 di Shanghai. Dia ditahan selama beberapa jam, kemudian dibebaskan.

Setelah dibebaskan, Lawrence menyampaikan ungkapan terima kasih kepada para pendukungnya. Lawrence meyakini seorang warga setempat ditangkap setelah mencoba menghentikan polisi yang memukuli dirinya.

Menteri Luar Negeri Inggris, James Cleverly menyebut insiden penangkapan jurnalis BBC itu "sangat mengganggu". Menurutnya, kebebasan media dan kebebasan untuk mengajukan protes harus dihormati.

“Jurnalis harus bisa melakukan pekerjaannya tanpa intimidasi," ujar Cleverly.

Ratusan orang turun ke jalan di kota-kota besar China pada Ahad (27/11/2022). Mereka meluapkan kemarahan publik terhadap negara atas kebijakan nol Covid-19 yang ketat.  Kementerian Luar Negeri Cina pada Senin (28/11/2022) mengatakan, Lawrence ditangkap karena tidak mengidentifikasi dirinya sebagai seorang jurnalis.

“Berdasarkan apa yang kami pelajari dari otoritas Shanghai yang relevan, dia tidak mengidentifikasi dirinya sebagai jurnalis dan tidak menunjukkan surat kepercayaan persnya,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian.

Zhao mengatakan, media internasional harus mengikuti hukum dan peraturan China saat bertugas di negara tersebut. Menurut Zhao, wartawan asing di China harus membawa kartu yang dikeluarkan pemerintah yang mengidentifikasi diri mereka sebagai jurnalis terakreditasi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement