Selasa 29 Nov 2022 19:56 WIB

Kecerdasan Buatan Kini Bisa Prediksi Sakit Strok dan Serangan Jantung

Sakit strok dan serangan jantung bisa diprediksi selama periode 10 tahun.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Sakit strok dan serangan jantung bisa diprediksi selama periode 10 tahun.
Foto: Pixabay
Sakit strok dan serangan jantung bisa diprediksi selama periode 10 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah inovasi kecerdasan buatan (AI) terkini terbukti bisa memprediksi risiko kematian akibat serangan jantung atau stroke selama periode 10 tahun. Para peneliti melatih AI sehingga risiko bisa diketahui dari satu kali rontgen dada menggunakan sinar-X.

Tim periset merancang AI untuk menemukan pola yang terkait dengan aterosklerosis (ASCVD), penyebab dominan penyakit jantung kardiovaskular. Perkiraan risiko 10 tahun kejadian penyakit jantung utama membuat tindakan pencegahan dapat dilakukan.

Baca Juga

Risiko dihitung menggunakan skor berdasarkan sejumlah variabel seperti usia, jenis kelamin, ras, tekanan darah, pengobatan hipertensi, merokok, diabetes tipe dua, dan hasil tes darah. "Variabel yang diperlukan untuk menghitung risiko ASCVD seringkali tidak tersedia, yang membuat pendekatan untuk skrining berbasis populasi diperlukan," kata penulis utama studi, ahli radiologi Jakob Weiss.

Weiss berafiliasi dengan Pusat Penelitian Pencitraan Kardiovaskular di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan AI dalam program Kedokteran di Brigham and Women's Hospital di Boston. Dia yakin AI rancangan timnya bisa menawarkan solusi potensial untuk skrining oportunistik berbasis populasi terhadap risiko penyakit kardiovaskular menggunakan gambar rontgen dada yang ada.

Karena rontgen dada umumnya tersedia, pendekatan dari studi tersebut dapat membantu mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi. Jenis skrining ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi individu yang akan mendapat manfaat dari pengobatan statin.

Tim peneliti melatih model AI pembelajaran mendalam menggunakan 147.497 sinar-X dada dari 40.643 peserta dalam uji coba skrining kanker prostat, paru-paru, kolorektal, dan ovarium. Begitu juga uji coba terkontrol acak yang dirancang dan disponsori oleh National Cancer Institute.

Mereka menguji model yang disebut risiko CXR-CVD menggunakan kohort independen kedua dari 11.430 pasien rawat jalan yang menjalani rontgen dada dan berpotensi memenuhi syarat untuk terapi statin. Dari 11.430 pasien, sebanyak 1.096 orang (9,6 persen) diprediksi mengalami kejadian jantung merugikan utama selama rata-rata tindak lanjut 10,3 tahun.

Studi menemukan hubungan yang signifikan antara risiko yang diprediksi oleh model risiko CXR-CVD dan kejadian jantung utama yang diamati sebenarnya. "Keunggulan dari pendekatan ini adalah Anda hanya memerlukan sinar-X, yang bisa diakses jutaan kali sehari di seluruh dunia," ujar Weiss.

Berdasarkan satu gambar rontgen dada yang ada, model pembelajaran mendalam dari timnya memprediksi kejadian kardiovaskular merugikan besar di masa depan. Itu juga didukung nilai tambahan dengan standar klinis yang telah ditetapkan.

Weiss mengatakan bahwa sinar-X telah lama dikenal untuk menangkap informasi di luar temuan diagnostik tradisional. Sayangnya, data tersebut belum digunakan karena para ilmuwan belum memiliki metode yang kuat dan andal. "Kemajuan dalam AI saat ini sudah memungkinkan," ungkapnya.

Menggunakan pendekatan tersebut, Weiss bersama timnya mendapatkan ukuran kuantitatif yang memungkinkan kami memberikan informasi diagnostik dan prognostik yang membantu dokter dan pasien. Hasil penelitian telah dipresentasikan pada pertemuan tahunan Radiological Society of North America (RSNA), dikutip dari laman Euro News, Selasa (29/11/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement