REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Postingan spam Not Safe For Work (NSFW) membanjiri Twitter di tengah gelombang protes warga China atas tanggapan kebijakan nol-covid. NSFW adalah istilah yang merujuk konten yang tidak pantas untuk dilihat, misalnya pornografi. Menurut Twitter, spam tersebut sudah tak terhitung jumlahnya.
Kondisi ini pertama kali disorot oleh beberapa peneliti keamanan selama akhir pekan dan dikonfirmasi oleh The Washington Post. Situasi terbaru merupakan kemampuan pengawasan dan pemeliharaan Twitter setelah akuisisi Musk senilai 44 miliar dolar AS dan perombakan internal pada bulan lalu.
Sejak mengambil alih kepemimpinan, Musk mengurangi separuh tenaga kerja global. Pengurangan tersebut telah dikritik oleh banyak pakar dan mantan karyawan yang berisiko menimbulkan berbagai masalah, seperti konten, teknik, dan keamanan.
Seorang mantan staf Twitter mengatakan di antara banyak pemotongan staf dan penutupan departemen, termasuk pengunduran diri semua operasi dan analis pengaruh China.
Spam NSFW muncul di pencarian kata kunci untuk kota-kota besar seperti Shanghai, Urumqi, dan Chengdu. Hal ini mempersulit orang yang mencari informasi real time yang andal tentang situasi yang sedang berkembang di area tersebut.
“50 persen porno, 50 persen protes. Setelah saya men-scroll tiga hingga empat di feed, semuanya (konten) porno,” kata seorang kontraktor pemerintah Amerika Serikat (AS) dan pakar China menjelaskan feed Twitter mereka ke WaPo, dikutip Popsci, Selasa (29/11/2022).
“Cari nama kota besar mana pun dalam bahasa China dan Anda akan melihat ribuan iklan NSFW,” ujar peneliti Universitas Stanford, Mengyu Dong pada Ahad.
Dong menyebut meskipun iklan serupa telah ada selama bertahun-tahun, iklan tersebut belum dibagikan sesering akhir pekan lalu dan postingan terbaru sering kali berasal dari akun yang tidak aktif selama bertahun-tahun.
Analisis dari akun lain yang berspesialisasi dalam data China yang tersedia untuk umum tampaknya menunjukkan bahwa akun spam yang dicurigai pada satu titik terdiri dari lebih dari 95 persen hasil terbaru setelah menelusuri "Beijing" dalam bahasa China.