REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Luka operasi dapat saja mengalami infeksi. Penyebabnya bisa multifaktor.
"Bisa karena ada kuman atau ada bakteri. Bakterinya bisa karena kelebihan antibiotik, bakterinya mengalami mutasi, dan menyebabkan kesakitan pada manusia atau dia mendapat bakteri resisten dari pasien lain," kata Ketua Pusat Resistensi Antimikroba Indonesia dr Harry Parathon SpOG(K) saat diskusi daring, Selasa (29/11/2022).
Tak hanya itu, Harry juga menjelaskan bahwa ada pula hal-hal yang dapat membuat infeksi mudah terjadi pada seseorang. Memiliki gula darah tinggi atau pun menjalani operasi yang rumit dan menggunakan banyak alat-alat medis, contohnya.
Kondisi-kondisi tertentu juga bisa menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi. Misalnya seseorang dengan usia lanjut, ibu hamil, seseorang dengan penyakit komorbid, serta anak-anak.
"Ada risiko juga yang membuat infeksi itu mudah terjadi. Kalau kadar gulanya tinggi, teknik operasinya susah, lama, berdarah-darah. Justru makin banyak dijahit, benda asingnya makin banyak, timbul risiko mudah infeksi," katanya.
Harry menjelaskan usia lanjut termasuk faktor risiko infeksi karena kelompok ini lebih mudah terkena infeksi dibandingkan dengan usia muda. Demikian juga dengan ibu hamil dan aak-anak dan punya komorbid juga demikian. Operasi darurat juga mudah sekali timbul luka infeksi dibandingkan dengan yang direncanakan.
Ciri-ciri luka operasi yang megalami infeksi
Lebih lanjut, Harry menjelaskan jika tidak mengalami infeksi, maka luka operasi akan sembuh dalam 10 hari. Akan tetapi, jika mengalami infeksi, maka pada hari ketiga setelah operasi, luka tersebut pun akan terasa nyeri kemudian timbul bengkak.
"Berapapun panjangnya luka operasi, dia akan sembuh sendiri (kalau tidak ada infeksi," paparnya.