SUBANG – Bendungan Sadawarna yang berlokasi di Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, mulai dilakukan penggenangan, Kamis (1/12). Proses penggenangan dilakukan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum.
Bendungan yang akan memiliki banyak manfaat bagi petani di Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu itu dapat menampung 44.61 juta meter kubik. Dengan daya tampung sebesar itu, bendungan tersebut akan menyuplai irigasi pertanian seluas 4.500 hektare di kedua kabupaten tersebut.
Pembangunan bendungan pun akan diikuti dengan pembangunan jaringan irigasinya. Dengan adanya suplai air yang kontinu dari bendungan itu, maka petani yang sebelumnya hanya satu kali tanam setahun, bisa bertambah menjadi dua sampai tiga kali tanam.
Dengan luas genangan 720 hektar, bendungan tersebut diharapkan mereduksi banjir di Subang, Sumedang dan Indramayu, yang dilalui Sungai Cipunagara hingga sebesar 26,90 meter kubik per detik.
Bendungan Sadawarna membendung Daerah Aliran Sungai Cipunagara yang memiliki panjang 137 km, mengalir dari Gunung Bukit Tunggul di Pegunungan Bandung Utara dan bermuara ke Laut Jawa.
‘’Keberadaan Bendungan Sadawarna akan memberikan banyak manfaat bagi petani di Kabupaten Indramayu,’’ kata Bupati Indramayu, Nina Agustina.
Manfaat itu terutama akan dirasakan di wilayah pengairan Salam Darma, yang meliputi Kecamatan Gantar, Haurgeulis, Gabuswetan, Anjatan, Patrol, Bongas dan Sukra.
Nina menguungkapkan, dengan adanya bendungan Sadawarna dan bendung Cipanas, membuktikan bahwa Kabupaten Indramayu merupakan andalan pemerintah pusat untuk menjadi lumbung ketahanan pangan nasional.
Sementara itu, Camat Anjatan, Kabupaten Indramayu, Rori Firmansyah, sangat berterima kasih dukungan infrastruktur bendungan Sadawarna bagi petani di wilayahnya.
‘’Selama ini, petani di wilayah Anjatan bergantung suplai air dari Saluran Induk Tarum Timur dan Bendung Salam Darma,’’ terang Rori.
Rori mengungkapkan, hadirnya Bendungan Sadawarna merupakan harapan baru bagi petani di wilayah kecamatan Anjatan. Mereka dapat melakukan aktivitas tanam padi dua hingga tiga kali per tahun. (Lilis Sri Handayani)