REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Beberapa ayat dalam Alquran surat al-Qalam merekam pembelaan Allah terhadap Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya, kaum kafir Makkah menuduh Rasulullah SAW sebagai orang gila.
مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ “Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.” (QS al-Qalam ayat 2).
Suatu saat, kata Allah SWT, pasti akan tampak siapa yang sebenarnya gila.
فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ “Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir)pun akan melihat.” (QS al-Qalam ayat 5).
Kemudian, kala orang-orang kafir itu merasa benar dengan kekafirannya, Allah SWT menjawab:
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dialah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS al-Qalam ayat 7).
Dijelaskan pula bahwa kesombongan orang-orang kafir itu disebabkan bahwa mereka mempunyai harta dan anak-anak yang banyak.
أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ “Karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak.” (QS al-Qalam ayat 14).
Ibnu Abbas menuturkan, orang-orang kafir Makkah menjelang Perang Badar berangkat dengan pasukan yang berjumlah banyak serta persenjataan yang lengkap.
Dengan sombong, mereka pun sesumbar akan membunuh Nabi SAW dan para sahabat beliau. Setelah itu, dalam bayangan mereka, kemenangan akan dirayakan dengan pesta khamar di sekitar Kabah.
Ternyata, dalam Perang Badar mereka mengalami kekalahan yang sangat mengenaskan. Tidak sedikit dari pembesar musyrikin Quraisy yang terbunuh. Mereka kembali ke Makkah dengan kesedihan.
Baca juga: Dzikir yang Paling Disukai Allah SWT, Meski Pendek dan Sederhana
Alquran menggambarkan kekalahan tersebut melalui kisah keluarga yang sombong dengan kekayaan, yakni dua kebun yang sangat luas dan subur. Mereka dengan sesumbar menyatakan, tidak mau memberikan hak fakir miskin pada hari panen nanti. Maka, Allah menghanguskan semua kebun mereka.
Seakan-akan dikatakan, "Wahai kaum kafir Makkah! Apa-apa yang kalian alami di Badar adalah sama dengan yang dialami oleh keluarga ini. Bila kalian kalah dan berantakan dalam Perang Badar, pemilik kebun ini juga sama. Kebunnya hangus karena kesombongan dan kekikiran.
Kejadian itu bermula sesudah kedua orang tua mereka yang dermawan wafat. Anak-anak yang menerima warisan bersepakat, tidak akan lagi menyedekahkan hasil panen kebunnya kepada fakir miskin. Kesepakatan ini memanggil bencana.
Seketika, kebun yang subur itu hangus pada saat mereka tidur lelap pada malam hari. Keesokan harinya, mereka baru tahu, kesepakatan buruk yang mereka buat kemarin lalu benar-benar mengundang murka Allah SWT.
Seorang mufasir, Muqatil, menceritakan, orang-orang kafir Makkah menjadi sombong karena mengira bahwa kelak di akhirat mereka akan diutamakan daripada kaum Mukminin.
Baca juga: Anies Diserang Beragam Hoax Hingga Dicitrakan Intoleran, Ini Respons Aktivis NU
Sebagaimana mereka diutamakan di dunia dengan kekayaan dan kedudukan, dikiranya kaum kafir di akhirat kelak pun memperoleh perlakukan yang sama.
Beberapa ayat pada akhir surat al-Qalam membantah semua perkiraan itu.
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ أَمْ لَكُمْ كِتَابٌ فِيهِ تَدْرُسُونَ
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)?” Apa kitab yang mereka jadikan pegangan? (QS al-Qalam ayat 35-37).
سَلْهُمْ أَيُّهُمْ بِذَٰلِكَ زَعِيمٌ
“Tanyakanlah kepada mereka: "Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil itu?" Mereka bungkam terhadap sejumlah pertanyaan yang tak terjawabkan.
*Naskah tayang di Harian Republika karya Dr Amir Faishol Fath pendiri Yayasan Fath Qur’ani Center