REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengembangan petani milenial dan wirausahawan muda pertanian, terus dilakukan oleh Kementerian Pertanian RI bersama Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS). Kementan menggandeng stakeholders, guna mendukung terbentuknya ekosistem klaster komoditas pertanian di Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Upaya tersebut dilakukan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) selaku Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Jatim, Polbangtan Malang, melalui Workshop 'Membangun Jejaring dan Pengembangan Bisnis' di Hotel Royal Tulip Surabaya selama dua hari, 3 - 4 Desember 2022.
Kegiatan workshop dibuka Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana. Hadir pimpinan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) wilayah Jatim dan Manajer Program PPIU Jatim, Acep Hariri serta sejumlah petani milenial dari Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan (DPM/DPA).
Semangat dan komitmen dari peserta workshop bahwa pada sisi input akan didukung oleh DPM/DPA, KTNA siap menjadi mentor untuk mendampingi petani milenial Program YESS, Kadin menjembatani dengan offtaker, sementara Paskomnas berkolaborasi dalam perluasan pasar, untuk sinergitas dari hulu hingga hilir, dengan membentuk konsolidasi secara kelembagaan, sehingga dapat memotong rantai distribusi yang panjang.
Langkah tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo tentang rantai distribusi pangan yang panjang, mengakibatkan harga tinggi di konsumen. Rantai distribusi harus disederhanakan, untuk mengurangi pihak yang mempengaruhi harga pangan.
"Kita sudah diberikan alam yang luar biasa. Nah, ini tergantung kita, bagaimana stakeholders bisa bersinergi mendukung pertanian," katanya.
Ke depan, kata Mentan Syahrul, petani dan kelompok tani harus mampu menggarap pertanian dari hulu hingga hilir baik on-farm maupun off-farm.
Hal serupa dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi agar petani khususnya petani milenial harus menguasai pengolahan pasca panen hingga pengemasan, pemasaran dan penjualan.
"Petani milenial harus kompetitif dalam keterampilan teknis, pemanfaatan model bisnis, dan manajemennya.
Hadirnya DPM/DPA diharapkan mampu menciptakan penguatan resonansi bagi para milenial lainnya untuk berkecimpung di sektor pertanian," katanya.
Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana mengatakan tujuan workshop membangun jejaring antara petani dengan stakeholder terkait sehingga akan membentuk sebuah ekosistem klaster komoditas, yang akan mempermudah petani memperluas pasar.
"Dengan adanya workshop, nantinya terjalin sinergitas dari hulu hingga hilir sehingga usaha para petani akan berkembang dan akan membentuk sebuah konsolidasi secara kelembagaan," kata Setya BU akrab disapa Uud.
Wakil Ketua bidang Pertanian & Pangan Kadin Jatim, Edi Purwanto menegaskan komitmen Kadin siap untuk membimbing para petani milenial dalam hal akses pasar untuk memotong rantai distribusi yang panjang.