REPUBLIKA.CO.ID, Seni hortikultura pada era kekhalifahan Abbasiyah banyak dipengaruhi Assyria dan Persia. Namun, dalam seni taman atau kebun, Dinasti Abbasiyah memiliki kreasi baru tersendiri. Seni taman Abbasiyah memadukan beragam elemen ke dalam bentuk yang bersifat lebih Islami.
Menurut Prof Qasim Al-Samarrai dari Cambridge University, transformasi beragam elemen seni taman ke dalam bentuk yang Islami didukung oleh perpaduan kekuatan budaya Abbasiyah. Ketika Abbasiyah berkuasa, taman dan kebun begitu semarak menghias kota, lingkungan permukiman warga, dan istana.
Sepanjang era kekhalifahan itu,ada dua taman yang begitu ekslusif yakni taman di Baghdad dan Samarra - ibu kota kedua Dinasti Abbasiyah yanng berjarak 110 km dari Baghdad. Samarra dibangun Khalifah Al-Mu’tasim pada 835 M. Meski tak banyak literatur yang membahas desain arsitektur taman Abbasiyah, namun fakta menunjukkan taman di era itu begitu indah.
Bukti-bukti itu bisa dilihat di istana Samarra dan dan Baghdad. Khalifah Al-Mu’tadid meletakan fondasi istana raja di dekat Tigris. Setelah itu, dia membangun istana lainya, yakni istana Thurayya. Kedua istana itu makin memikat mempesona karena dihiasi dengan taman yang indah.
Seorang ahli geografi Al-Ya’qubi pada 889 M mencatat, Khalifah Al- Mu’tasim mengubah tanah-tanah kosong menjadi taman dan kebun bagi kelas atas, Di setiap taman dan kebun terdapat tempat peristirahan dan tempat untuk bermain pacuan kuda dan permainan polo. Pembangunan taman dan kebun yang hijau itu ditopng dengan pembangunan sarana irigasi yang sudah terbilang modern pada zamannya.