REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Sebuah kelompok lintas agama di Korea Selatan (Korsel) menyelenggarakan sebuah seminar untuk membantu orang menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam. Termasuk tentang hijab atau simbol lain demi menjalin hubungan yang lebih baik di negara tersebut.
Kelompok itu adalah Konferensi Perdamaian Agama Korea (KCRP) yang mengadakan seminar publik tentang dialog antara agama Korea dan Islam bertajuk Islam: Mendekati Koeksistensi Damai dan Masa Depan. Acara itu digelar dari 5-6 Desember di ibu kota Seoul.
“Ada orang yang salah memahami makna Islam yang sebenarnya di masyarakat Korea. Saya berharap banyak orang yang memahami dan bekerja sama dengan Islam Korea melalui seminar ini,” kata Presiden Asosiasi Muslim Korea Kim Dong-eok dalam pidato sambutannya, dilansir dari UCA News, Jumat (9/12/2022).
KCRP didirikan pada 1965 oleh para pemimpin dari enam kelompok agama, yakni Protestan, Buddha, Konfusianisme, Won-Buddha, Cheondo-gyo, dan Katolik. Mereka mempromosikan dialog dan keharmonisan di antara pemeluk berbagai agama.
Dalam seminar di Masjid Pusat Seoul, Imam Lee Ju-hwa membahas persepsi publik tentang Islam sebagai agama yang represif akibat aktivitas ekstremis.
"Sejak serangan teroris 9/11 pada 2001, citra Islam semakin ditetapkan sebagai salah satu kekerasan, kediktatoran, dan penindasan. Ketika orang meninggalkan prasangka dan menerima perbedaan satu sama lain, koeksistensi berbagai bentuk masyarakat dan agama serta perdamaian sejati dapat terwujud,” katanya.