Rabu 14 Dec 2022 00:15 WIB

Kremlin Tolak Rencana Perdamaian Ukraina

Kremlin menolak proposal perdamaian yang meminta ditariknya pasukan Rusia

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow, pada 26 April 2022, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv, Ukraina, pada 8 Mei 2022. Perang yang tak berkesudahan dan tidak dapat dimenangkan di Eropa? Itulah yang ditakuti dan dikuatkan oleh para pemimpin NATO saat perang Rusia di Ukraina memasuki bulan ketiga dengan sedikit tanda kemenangan militer yang menentukan bagi kedua pihak, dan tidak ada resolusi yang terlihat.
Foto: AP/AP
Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow, pada 26 April 2022, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv, Ukraina, pada 8 Mei 2022. Perang yang tak berkesudahan dan tidak dapat dimenangkan di Eropa? Itulah yang ditakuti dan dikuatkan oleh para pemimpin NATO saat perang Rusia di Ukraina memasuki bulan ketiga dengan sedikit tanda kemenangan militer yang menentukan bagi kedua pihak, dan tidak ada resolusi yang terlihat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menolak proposal perdamaian dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang melibatkan ditariknya pasukan Rusia dari Ukraina. Moskow mengatakan Kiev harus menerima "kenyataan" teritori barunya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kenyataan itu termasuk masuknya empat wilayah Ukraina sebagai "subjek baru" Rusia. Sebagian besar negara PBB mengecam aneksasi bulan September lalu sebagai langkah ilegal.

Peskov merespon permintaan Zelenskyy pada negara kaya yang tergabung dalam G7 untuk bantuan militer, keuangan dan energi dan mendukung solusi damai yang dimulai dengan ditariknya pasukan Rusia dari Ukraina pada awal Natal ini.

"Tiga langkah ini menuju berlanjutnya sikap bermusuhan," kata Peskov, Selasa (13/12/2022).

"Pihak Ukraina perlu untuk menerima kenyataan yang telah berkembang selama ini," tambahnya saat ditanya tentang usulan Rusia menarik pasukannya.

"Dan kenyataan-kenyataan ini mengindikasi subjek baru yang muncul di Federasi Rusia, kemunculannya sebagai hasil referendum yang digelar di teritori ini, tanpa menerima kenyataan baru, tidak mungkin ada kemajuan," katanya.

Ia mengatakan "tidak diragukan" lagi Rusia mulai menarik pasukannya pada akhir tahun. Ukraina dan sekutu-sekutunya di Barat menolak "referendum" yang Peskov rujuk di empat wilayah timur dan selatan Ukraina yang Rusia duduki.

Kiev dan Barat yakin referendum tersebut dicurangi. Sejak aneksasi itu Rusia kehilangan banyak wilayah di selatan dan timur Ukraina dan kerap berbicara mengenai perundingan damai.

Namun menurut mereka Kiev dan Barat yang memasok senjata militer ke Ukraina tidak siapa menggelar negosiasi. Moskow membantah tuduhan upayanya menggelar diplomasi untuk mengulur waktu agar pasukannya dapat berkumpul lagi dalam perang yang berlangsung selama 10 bulan.

Ukraina mengatakan Rusia harus menahan serangan dna menarik mundur pasukannya dari seluruh wilayah pendudukan. Zelenskyy mendorong pemimpin-pemimpin G7 untuk mendukung gagasannya menggelar Pertemuan Perdamaian Global khusus.

Pertemuan itu akan fokus pada implementasi 10 poin rencana perdamaian Kiev. Salah satunya Rusia menarik semua pasukannya dari Ukraina dan tidak ada wilayah Ukraina yang diambil.

"Tidak penting apa yang penjajah hendak lakukan, ketika dunia benar-benar bersatu, maka dunia, bukan penjajah yang menentukan bagaimana peristiwa ini berkembang," kata Zelenskyy dalam pidato malamnya, Senin (12/12) kemarin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement