REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Wahdah Islamiyah, Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin bersama ulama lainnya melakukan kunjungan ke India belum lama ini.
Di India, Ustaz Zaitun menyampaikan bahwa Indonesia meski beragam dapat menjadi contoh kehidupan yang toleransi.
Ustadz Zaitun menyampaikan bahwa kunjungannya ke India memang terbatas karena hanya berkunjung ke New Delhi dan Taj Mahal. Menurut penglihatannya, kehidupan umat Islam di New Delhi biasa saja.
"Dalam penglihatan kami sebagaimana kami juga ke masjid, biasa saja, kami bertemu dengan tokoh-tokoh ulama dari berbagai mazhab dan aliran, rata-rata menggambarkan keadaan di sana itu secara umum biasa saja," kata Ustadz Zaitun saat diwawancarai Republika.co.id, Ahad (18/12/2022).
Ustadz Zaitun menjelaskan, walaupun ada konflik yang melibatkan umat Islam India di beberapa tempat, mungkin efeknya tidak terlalu terasa. Karena jumlah penduduk di India sekitar 1,4 miliar dan luas daratan India sangat luar biasa. Menurutnya, dari ujung utara ke selatan India memakan waktu 6 jam perjalanan pesawat. Kalau wilayah Indonesia dari ujung barat ke timur, memang bisa memakan waktu 6 jam perjalanan pesawat tapi banyak wilayah lautnya, sementara India daratan semua.
"Tapi kami di sana dalam dialog dengan para tokoh agama, tentu bercerita tentang bagaimana Indonesia sebagai salah satu contoh toleransi yang cukup berhasil dan menjadi panutan dari banyak negara di dunia ini, itu yang membuat mereka tertarik," ujar Ustaz Zaitun.
Ustadz Zaitun menyampaikan, kepada tokoh-tokoh di India disampaikan tentang berbagai kondisi dan berbagai upaya pemerintah, swasta, dan ormas. Bahwa salah satu kunci toleransi adalah dialog.
"Ini (dialog) senjata utama kita untuk perdamaian, adanya dialog yang kita lakukan secara terus menerus, dialog produktif, dialog yang membawa persahabatan, pesan ini disampaikan ke semua tokoh di India," jelasnya.
Acara itu berlangsung di New Delhi, Selasa 29 November 2022 lalu. Mengangkat tema utama, “The Role of Ulama in Fostering a Culture of Interfaith Peace and Social Harmony in India and Indonesia (Peran Ulama dalam Membina Budaya Perdamaian Antarumat Beragama dan Kerukunan Sosial di India dan Indonesia)”.
“Alhamdulillah, di Indonesia kita bisa hidup saling berdampingan. Meskipun dengan berbagai keragaman yang ada. Unity in diversity. Bhinneka Tunggal Ika,” katanya.
“Alhamdulillah, bukan hanya keragaman agama, kita di sini (Indonesia) beragam budayanya, bahasanya, adat istiadatnya, dan seterusnya, namun kita tetap bisa bersatu,” lanjut Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara itu.
Menurutnya, anjuran dialog ini justru sesuai dengan ajaran Islam dalam mewujudkan perdamaian dan hidup rukun penuh toleransi. “Semoga hal-hal baik ini bisa terus kita lestarikan. Agar dapat menjadi contoh yang baik (qudwah) bagi negara-negara lain,” kata Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Pusat itu.
Selain Pemimpin Umum Wahdah Islamiyah, hadir pula pimpinan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Hadir pula petinggi MUI yang diwakili Dr KH Cholil Nafis. Turut mendampingi Menko Polhukam antara lain pejabat deputi II Kemenko Polhukam dan dirjen Bimas Hindu, Kristen, Katolik, dan lainnya.
Menko Polhukam, Mahfud MD mengatakan, kegiatan ini adalah tindak lanjut pertemuannya dengan Ajit Doval selaku NSA India pada Maret 2022 lalu.
“Saya selaku Menko Polhukam dan Ajit Doval selaku NSA India bersepakat untuk saling tukar pengalaman antara India dan Indonesia yang rakyatnya plural dan multikultural,” kata Mahfud.
“Insya Allah dialog antartokoh-tokoh agama ini akan bermanfaat bagi kedua bangsa dan negara,” tutup mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
Sebelumnya, kerukunan antaragama di India sempat bergejolak. Antara lain terjadinya pelarangan jilbab terhadap mahasiswa muslimah yang sempat viral di media sosial.