REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah riwayat hadits, dipaparkan mengenai bagaimana keadaan manusia di Yaum al-Hasyr atau yang umumnya disebut sebagai Padang Mahsyar. Di Hari Kiamat, seluruh makhluk dikumpulkan di Padang Mahsyar.
Hal itu didasarkan pada hadits: "Pada hari Kiamat, semua manusia akan dikumpulkan (di suatu tempat) dalam keadaan tidak memakai alas kaki, telanjang, dan belum dikhitan seperti awal mula mereka diciptakan. (HR Tirmirdzi dari Ibnu Abbas)
Buku tafsir Kementerian Agama menjelaskan bahwa Alquran menggambarkan keadaan manusia pada Yaum al-Hasyr itu. Allah SWT membagi kumpulan besar manusia ke dalam dua golongan, yakni golongan baik dan buruk.
Allah SWT berfirman, "(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, bagaikan kafilah yang terhormat, dan Kami akan menggiring orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. Mereka tidak berhak mendapat syafaat, (pertolongan) kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pengasih." (QS Maryam ayat 85-87)
Di Padang Mahsyar, seluruh umat manusia terbagi dalam dua kelompok, yaitu muttaqin dan mujrimin. Golongan muttaqin disambut seperti tamu kehormatan. Mereka digiring menuju Tuhannya dengan penuh rahmat dan ridha-Nya.
Golongan lainnya, yakni mujrimin, digiring ke neraka dengan penuh hina seperti orang kehausan yang sedang digiring ke tempat sumber air. Wajah mereka kusut dan kusam karena perasaan campur aduk yang tidak menentu, seperti dalam Surah Taha ayat 124-125. Bahkan matanya tidak bisa melihat alias buta, tuli dan bisu.
"Dan barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, dialah yang mendapat petunjuk, dan barang siapa Dia sesatkan, maka engkau tidak akan mendapatkan penolong-penolong bagi mereka selain Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari Kiamat dengan wajah tersungkur, dalam keadaan buta, bisu, dan tuli. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Setiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, Kami tambah lagi nyalanya bagi mereka." (QS Al-Isra ayat 97)
Sebagian ahli tafsir menjelaskan, ayat tersebut terkandung metafora yang berarti bahwa mereka sebetulnya tidak buta, tuli dan bisu. Menurut tafsiran ini, yang dimaksud buta, tuli dan bisu adalah karena mereka tidak bisa memperoleh manfaat. Mereka putus asa karena segala hal yang telah usahakan untuk mendapat apa yang diinginkan malah tidak berguna. Mereka sangat sedih dan menyesal.