REPUBLIKA.CO.ID, MANGGAR -- Sampah kota di Balikpapan yang sampai di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar mencapai 400 sampai 500 ribu ton per hari. TPA yang semula hanya gunungan sampah kemudian disulap oleh Zona 8 Regional 3 Kalimantan Subholding Upstream Pertamina menjadi kawasan eduwisata.
Kini, selain menjadi lokasi eduwisata, Pertamina memanfaatkan gas metana yang dihasilkan oleh tumpukan sampah tersebut menjadi sumber gas yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TPA.
Yono, local hero dari Wasteco, pengelola sampah eduwisata dari TPA Manggar, memprakasai penangkapan gas metana dari gunungan sampah menjadi bahan bakar gas rumah tangga. Dialiri melalui pipa paralon, kini ada 304 rumah tangga yang tak lagi bergantung pada elpiji tiga kilogram dan beralih memakai gas metana untuk kegiatan dapurnya sehari hari.
"Kami memasang pipa-pipa dan memakai teknologi murah untuk menangkap gas metana yang kemudian kami aliri ke rumah-rumah warga. Warga sekitar TPA Manggar kini tak lagi bergantung pada elpiji sejak ada gas metana yang tersambung hingga rumah warga," ujar Yono kepada Republika, Sabtu (31/12/2022).
Program yang dimulai sejak 2018 ini sudah mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Melalui gas metana yang murah, masyarakat sekitar terdorong untuk membuka usaha olahan makanan kering untuk kemudian dijual. Saat ini, ada 22 UMKM di sekitar TPA Manggar yang memanfaatkan gas metana untuk produksi olahan makanan rumahan.
Dibanderol iuran Rp 10 ribu per bulan, warga kini bisa menghemat ongkos operasional UMKM-nya. Jika sebelumnya dalam sebulan masyarakat membutuhkan tiga sampai empat tabung elpiji tiga kilogram per bulan, kini masyarakat beralih menggunakan gas metana.
"Satu tabung elpiji di sini bisa mencapai 35-40 ribu. Sebulan padahal butuh tiga sampai empat tabung. Kini, kita lebih milih memakai gas metana ini, nyala apinya juga lebih besar," ujar Nurmalita, salah satu pelaku UMKM di TPA Manggar, ketika ditemui Republika.
Pjs Manager Communication Relation and CID PT Pertamina Hulu Indonesia Pandjie Galih Anoraga menjelaskan, program CSR Pertamina memanfaatkan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggar menjadi gas metana. Hal itu kemudian dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk kebutuhan memasak rumah tangga. Wasteco adalah salah satu program unggulan PHM yang bertujuan untuk memberikan dampak yang positif bagi masyarakat.
“Kami menerapkan beragam inovasi sosial dalam pelaksanaan program-program pengembangan masyarakat atau tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) perusahaan sehingga mampu memberikan dampak yang signifikan dan berkelanjutan,” ungkap Pandjie.
Lebih lanjut, Pandjie menyampaikan, program Wasteco dilatarbelakangi adanya permasalahan produksi sampah yang terus meningkat dan belum terkelola dengan baik. Di sisi lain, sampah berpotensi menghasilkan gas metana sebanyak 1.5 juta m3 per tahun dan baru 0,98 persen yang termanfaatkan. Berdasarkan hal tersebut, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) berinisiatif mengembangkan program Wasteco ini bersinergi dengan Pemerintah Kota Balikpapan melalui TPAS Manggar.
"Metode yang digunakan dalam program Wasteco ini adalah sistem penangkapan dan pendistribusian gas metana dari TPAS Manggar ke masyarakat berbasis penerapan sederhana dengan mengintegrasikan core competency PHM berupa keahlian dalam teknik penangkapan dan penyaluran gas ke dalam program pengembangan masyarakat," jelasnya.
Keunikan dari program Wasteco ini antara lain kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat serta pemanfaatan energi baru terbarukan sebanyak 594 ribu m3 per tahun produksi gas metana yang didistribusikan ke masyarakat sebagai pengganti gas elpiji untuk memasak.
"Dengan jumlah sebanyak ini artinya PHM telah berkontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 288.449 CO2 ekuivalen per tahun," ujar Pandjie.