REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pihak berwenang Rusia telah mengumumkan bahwa tentara dan pegawai negeri yang dikerahkan untuk berperang di Ukraina akan dibebaskan dari pajak penghasilan. Upaya ini bertujuan untuk mendorong dukungan bagi kampanye militer Rusia melawan Ukraina.
The Moscow Times melaporkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit itu pada Kamis (29/12/2022). Dekrit itu menghapus persyaratan bagi pejabat pemerintah untuk melaporkan pajak penghasilan mereka selama perang Rusia di Ukraina.
Sebelum keputusan tersebut, undang-undang Rusia mewajibkan pegawai negeri untuk secara terbuka wajib melaporkan pajak penghasilan untuk diri mereka sendiri dan anggota keluarga dekat mereka, dalam upaya untuk mengurangi korupsi. Perwira militer juga diminta untuk mengungkapkan pengembalian pajak mereka saat diangkat atau diberhentikan.
“Dekrit itu juga membebaskan pajak bagi tentara yang berperang di Ukraina serta anggota dinas keamanan, termasuk pejabat yang telah melakukan kunjungan kerja ke wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia," ujar isi dekrit itu, dilaporkan Aljazirah, Sabtu.
Dalam dekrit itu disebutkan bahwa, prajurit, polisi, anggota dinas keamanan, dan pegawai negeri yang bertugas di empat wilayah yang dianeksasi yaitu Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhia tidak lagi harus melaporkan pajak pendapatan dan aset mereka. Keringanan pajak juga berlaku untuk mitra dan anak-anak mereka yang ikut bertempur di medan perang.
Kremlin telah meluncurkan sejumlah insentif bagi warga Rusia yang berperang di Ukraina. Di antaranya menawarkan bonus uang tunai dan menjanjikan bantuan keuangan kepada keluarga jika terjadi kematian atau cedera pada orang yang dicintai.
Awal pekan ini, Kremlin mengumumkan bahwa tentara Rusia yang bertempur di Ukraina dapat membekukan sperma mereka secara gratis di cryobank. Berita bahwa negara Rusia akan mendanai pembekuan sperma untuk angkatan bersenjatanya mengikuti laporan pada Oktober bahwa, permintaan pembekuan sperma telah meningkat setelah Putin mengumumkan mobilisasi parsial untuk perang di Ukraina. Kampanye mobilisasi ini telah mendorong ratusan ribu warga Rusia melarikan diri untuk menghindari wajib militer.
Kantor berita DPA Jerman, pada Jumat (30/12/2022) melaporkan, ribuan warga Ukraina juga melarikan diri untuk menghindari bergabung dalam perang, DPA mengatakan, hampir 12.000 orang ditangkap saat mencoba melintasi perbatasan secara ilegal, menuju ke arah negara-negara Barat.
Mengutip pasukan perbatasan Ukraina, DPA mengatakan, 15 orang tewas ketika mencoba melarikan diri dari negara itu untuk menghindari dinas militer. Termasuk dua orang yang dilaporkan mati beku di Pegunungan Carpathian dalam perjalanan ke Rumania.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan bahwa, tentara Moskow membutuhkan setidaknya lima tahun untuk memulihkan kekuatan sebelumnya. Rusia mengalami kerugian di medan perang. Pasukan Ukraina mengeklaim telah memukul mundur pasukan Rusia dari sejumlah wilayah yang diduduki.
“Menurut intelijen NATO, Rusia kehilangan banyak tank, artileri, pengangkut personel lapis baja, dan tentara. Angkatan bersenjata reguler Federasi Rusia dapat dipulihkan paling cepat dalam lima tahun, mungkin tidak selama 10 tahun,” kata Reznikov.
Pada November, Jenderal Amerika Serikat Mark Milley memperkirakan, sekitar 100.000 tentara Rusia telah terbunuh atau terluka sejak invasi pada Februari. Dia mengatakan, angkatan bersenjata Ukraina "mungkin" mengalami tingkat korban yang sama.