Senin 02 Jan 2023 21:47 WIB

Warga China Tetap Beraktivitas Normal di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19

Lalu lintas di China juga tetap ramai dan meningkat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nora Azizah
Beberapa warga di kota-kota utama Cina seperti Beijing, Shanghai, dan Wuhan beraktivitas secara normal di tengah lonjakan kasus infeksi Covid-19.
Foto: AP/Ng Han Guan
Beberapa warga di kota-kota utama Cina seperti Beijing, Shanghai, dan Wuhan beraktivitas secara normal di tengah lonjakan kasus infeksi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Beberapa warga di kota-kota utama China seperti Beijing, Shanghai, dan Wuhan beraktivitas secara normal di tengah lonjakan kasus infeksi Covid-19. Beberapa warga berkumpul untuk bermain kereta luncur atau seluncur es di danau beku di Taman Danau Shichahai di ibu kota. 

“Epidemi tidak memberi kami kesempatan untuk datang dan bermain,” kata seorang warga Yang, yang berada di taman, dilansir dari reuters, Senin (2/1/2023).

Baca Juga

“Setelah berakhirnya penguncian ini, kami tidak perlu lagi memindai kode kesehatan dan juga tidak perlu memeriksa kode perjalanan. Jadi kita bebas sekarang," ujar Yang, yang hanya memberikan satu nama.

Seorang mahasiswa, Zhong (22 tahun) yang juga berada di danau itu, mengatakan, dia tidak meninggalkan rumah selama dua atau tiga pekan setelah terinfeksi Covid-19. “Sekarang saya bisa keluar dan ini waktu yang tepat untuk liburan tahun baru.  Saya ingin berkeliling di Beijing, melihat dan merasakan suasana pesta," ujarnya.

Lalu lintas di jalan-jalan ibu kota meningkat, karena orang-orang dengan cepat kembali beraktifitas di luar ruangan, seperti danau, sungai, dan pusat perbelanjaan. Namun, bisnis masih lambat di beberapa tempat yang lebih kecil dan terbatas seperti restoran.

“Produksi pekerjaan, kehidupan, dan hiburan semuanya kembali ke tingkat normal,” kata seorang pria bermarga Wu kepada kantor berita Reuters di tepi sungai di pusat Kota Wuhan.

Wu menambahkan, orang yang telah terinfeksi Covid-19 tidak lagi cemas. Liburan tahun baru Imlek dimulai pada 21 Januari mendatang. Dengan pelonggaran pembatasan, jaringan kereta api diharapkan dapat mengangkut 5,5 juta penumpang.

Di tengah lonjakan perjalanan liburan yang diharapkan, Potala Palace yang spektakuler di Tibet akan dibuka kembali untuk pengunjung mulai 3 Januari, setelah ditutup pada Agustus tahun lalu karena Covid-19. Beberapa hotel di objek wisata Sanya di pulau selatan Hainan sudah penuh dipesan untuk Tahun Baru Imlek.

Dalam beberapa hari terakhir, media pemerintah berupaya meyakinkan publik bahwa wabah Covid-19 telah terkendali dan mendekati puncaknya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China pada Sabtu (31/12/2022) mengatakan, lebih dari 80 persen orang yang tinggal di Provinsi Sichuan telah terinfeksi Covid-19. 

China mencatat total kematian resmi akibat Covid-19 sebesar 5.250 sejak pandemi dimulai. Jumlah ini relatif rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat yang mencatat kematian lebih dari satu juta orang. 

Perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity, pekan lalu mengatakan, sekitar 9.000 orang di China mungkin meninggal setiap hari akibat Covid-19. Menurut Airfinity, kematian kumulatif di Cina sejak 1 Desember mungkin mencapai 100 ribu, dengan infeksi mencapai 18,6 juta. Airfinity memperkirakan infeksi Covid-19  di Cina mencapai puncak pertamanya pada 13 Januari, dengan 3,7 juta infeksi setiap hari.

China hanya menghitung kematian pasien Covid-19 yang disebabkan oleh pneumonia dan kegagalan pernafasan. Jumlah kematian yang relatif rendah tidak sejalan dengan lonjakan permintaan yang dilaporkan oleh rumah duka di beberapa kota.

Pencabutan kebijakan zero-Covid telah membuat rumah sakit dan rumah duka kewalahan. Rumah sakit juga mengalami kewalahan menerima pasien dengan gejala Covid-19.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement