Rabu 04 Jan 2023 08:17 WIB

Prospek Masih Negatif, Ini Tantangan yang akan Dihadapi Garuda

Saham Garuda Indonesia sudah diaktifkan kembali.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petugas saat melakukan ramp check pada pesawat Garuda Indonesia yang akan membawa calon jamaah haji di Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (4/6/2022).  Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sudah diaktifkan kembali setelah lebih dari 18 bulan dibekukan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas saat melakukan ramp check pada pesawat Garuda Indonesia yang akan membawa calon jamaah haji di Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (4/6/2022). Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sudah diaktifkan kembali setelah lebih dari 18 bulan dibekukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sudah diaktifkan kembali setelah lebih dari 18 bulan dibekukan. Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan melihat prospek kinerja emiten maskapai ini masih akan berat ke depannya.

Secara prospek, khususnya fundamental, Alfred mengakui performa Garuda menunjukkan adanya perbaikan performa yang signifikan di 2022. Namun, dalam waktu satu hingga dua tahun mendatang Garuda masih akan sulit meraih laba usaha.

Baca Juga

"Untuk bisa pulih dengan indikator ekuitas positif masih terlihat berat, sehingga masih akan memberatkan performa sahamnya ke depan," ujar Alfred kepada Republika, Rabu (4/1/2023).

Beberapa sentimen utama yang akan mewarnai pergerakan saham emiten berkode GIAA ini antara lain proses restrukturiasi karena risiko kebangkrutan, membaiknya industri penerbangan dan komitmen Garuda dalam melakukan efisiensi.

Alfred menilai, harga saham Garuda saat ini masih sangat mahal mengingat nilai buku perseroan masih negatif dan kinerjanya masih mencatatkan rugi. Pada perdagangan hari pertama pascapencabutan suspensi harga saham Garuda sempat naik 10 persen ke level 224.

Menurut Alfred, kenaikan tersebut lebih disebabkan karena aksi spekulasi memanfaatkan momentum pembukaan perdagangan. Selain itu, kenaikan harga didorong pemberitaan positif dari proses restrukturisasi yang terus berjalan, komitmen pemerintah yang tinggi melalui PMN dan pencabutan kebijakan PPKM.

Ke depan, Alfred melihat Garuda memiliki tantangan yang besar dari fundamental. Selain itu, realisasi Debt Equity Swap dengan penerbitan saham baru memberikan peningkatan suplai saham baru yang memberikan potensi aksi jual dari para pemegang saham terhadap saham Garuda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement