REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden khawatir dengan cara China menangani pandemi Covid-19, Kamis (5/1/2023). China tidak memberi data yang akurat mengenai situasi Covid-19 di sana.
Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta ilmuwan China memberikan informasi lebih rinci mengenai evolusi virus Covid-19. WHO mengundang ilmuwan China untuk memaparkan data pengurutan virus dalam pertemuan dengan rapat penasihat teknis mereka, Rabu (4/2/2023).
WHO juga meminta China membagikan data rawat inap, kematian dan vaksinasi Covid-19. Usai rapat juru bicara WHO mengatakan akan berkomunikasi Sebelumnya juru bicara mengatakan WHO meminta "diskusi detail" tentang penyebaran virus korona di China dan seluruh dunia.
Pada 7 Desember lalu China mengubah kebijakan pengendalian penyebaran Covid-19 serta akurasi data infeksi dan kematian. Pakar kesehatan internasional tidak yakin dengan data terbaru yang diberikan pemerintah China.
Kementerian Luar Negeri China melabelkan larangan masuk yang diterapkan sejumlah negara pada warga negara Cina "tidak masuk akal." Kementerian mengatakan dasar ilmiah kebijakan itu "lemah."
"Kami bersedia untuk meningkatkan komunikasi dengan dunia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning di Beijing.
"Namun kami dengan tegas menolak upaya manipulasi pencegahan pandemi dan langkah pengendalian untuk tujuan politik," tambahnya.
WHO meminta pejabat kesehatan pemerintah China rutin berbagi informasi spesifik dan langsung tentang penyebaran virus corona. Sementara pejabat Dewan Keamanan Nasional AS tidak bersedia memberikan komentar soal pertemuan WHO dan China tapi mendukung seruan WHO untuk informasi yang lebih lengkap.
"Pejabat dan pakar kesehatan masyarakat, termasuk di Amerika Serikat sudah menegaskan penting bagi Republik Rakyat China (RRC) membagikan data epidemiologi dan pengurutan genom virus yang cukup dan transparan," kata pejabat itu.