REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Militer Israel mengonfirmasi bahwa kendaraan udara tak berawak (UAV) atau drone model Skylark jatuh di Tepi Barat utara saat sedang dalam misi pengintaian, pada Rabu (4/1/2023). Penyebab jatuhnya drone belum diketahui.
Tak lama setelah drone itu jatuh, tentara Israel langsung mengumpulkan serpihan dan mengamankannya. Militer memastikan tidak ada kebocoran informasi yang diambil dari drone itu.
Dilaporkan Middle East Monitor, Kamis (5/1/2023), drone Skylark diproduksi oleh Elbit System Israel dan dioperasikan oleh Korps Artileri militer Israel. Drone Skylark adalah UAV pengawasan taktis yang dapat diluncurkan oleh satu atau dua orang dan memberikan umpan video langsung saat mengudara ke pasukan di darat.
Kecelakaan ini adalah yang kedua dalam beberapa minggu terakhir. Pada 23 Desember, drone Iran jatuh di perbatasan di sepanjang Jalur Gaza yang terkepung. Sebelumnya pada Oktober, dua drone Skylark lainnya juga jatuh di Kota Hebron dan Nablus di Tepi Barat dalam insiden terpisah.
Insiden semacam itu terjadi lima tahun setelah seluruh armada drone Skylark dikandangkan pada 2017, menyusul serangkaian kecelakaan lainnya. Masalah dalam kasus tersebut dilaporkan dengan model Skylark 2, yang sering tidak berfungsi.
Namun, pada 2022, model Skylark 3 diperkenalkan sebagai peningkatan yang dilaporkan lebih signifikan. Meskipun tidak dikonfirmasi model drone mana yang jatuh kemarin atau tahun lalu, foto UAV yang jatuh tampaknya merupakan Skylark 2. Ini akan menimbulkan pertanyaan mengapa mereka masih dioperasikan secara aktif oleh Pasukan Pendudukan Israel.