REPUBLIKA.CO.ID, LECCE -- Rasisme salah satu penyakit masyarakat. Tindakan berisi pelecehan ras seseorang, lebih sering terlihat di sepak bola.
Sesuatu yang membingungkan. Terutama ketika olahraga tersebut sudah mengalami modernisasi. Ada saja oknum penggemar melakukan aksi jauh dari nilai-nilai sportivitas.
Tahun 2003 baru saja dimulai. Sudah ada dua kasus rasisme di sepak bola level tinggi. Pertama, ketika penyerang Real Madrid, Vinicius Junior, dilecehkan suporter Real Valladolid. Saat itu Madrid dan Valladolid bertemu pada lanjutan La Liga Spanyol musim ini.
Teranyar, bek tengah Lecce, Samuel Umtiti menjadi korban hinaan tifosi Lazio. Itu ketika I Salentini menghadapi I Biancocelesti pada giornata ke-16 Serie A Liga Italia di Stadion Via del Mare, Rabu (4/1/2023), malam WIB. Tuan rumah menang 2-1 atas skuad Elang Biru.
Di akhir pertandingan, Umtiti meninggalkan lapangan sambil menangis. Bukan hanya dirinya yang mendapat pelecehan rasisme dalam laga itu. Penggawa Lecce, Lameck Banda juga merasakan hal yang sama.
Presiden FIFA, Gianni Infantino, sampai bereaksi. Ia mengutuk aksi oknum tifosi Lazio itu. Infantino menunjukkan dukungan pada pesepak bola yang terdampak.
Teranyar, mantan gelandang Juventus, Blaise Matuidi, juga bersuara. Ia merasa aneh, ketika peradaban terus berkembang, rasisme masih ada. Ia meminta Serie A membuat gebrakan nyata, menuntaskan permasalahan ini.
"Dukungan penuh untuk saudaraku Samuel Umtiti. Kita harus bangun. Kita berada di tahun 2023. Ayo lakukan sesuatu Serie A. No to racism," demikian tulisan Matuidi di Twitternya, dikutip dari Football Italia, Jumat (6/1/2023).
Matuidi juga pernah menjadi korban. Pada 2018 lalu, ia dilecehkan oleh penggemar Cagliari. Saat itu, ia sedang membela Juve menghadapi Cagliari.
Ia sama sekali tak gentar. Momennya tepat untuk memperjuangkan sesuatu. Ini agar semua kembali terfokus pada sepak bola, terlepas apakah timnya menang atau kalah. "Orang lemah berusaha mengintimidasi dengan kebencian," tulis Matuidi di laman Facebooknya.
Pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, menilai rasisme sudah menjadi masalah yang membudaya. Semua pihak perlu mencari langkah solutif sampai ke akarnya, lebih dari sekadar memberi hukuman kepada pelaku.