REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Akhir-akhir ini, lebah madu sedang mengalami kesulitan. Selama beberapa tahun terakhir, jumlah lebah madu telah mengalami penurunan drastis. Hal tersebut terjadi karena beragam faktor, di antaranya perubahan iklim, perusakan habitat, dan penggunaan pestisida.
Untuk pertama kalinya, Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) memberikan persetujuan bersyarat untuk vaksin serangga pada pekan ini. Sebuah perusahaan biotek bernama Dalan Animal Health mengembangkan vaksin profilaksis untuk melindungi lebah madu dari penyakit foulbrood Amerika atau penyakit busuk larva. Obat tersebut mengandung larva Paenibacillus yang mati, bakteri penyebab penyakit.
Vaksin itu tidak mengharuskan peternak lebah untuk menusuk seluruh koloni serangga individu dengan jarum suntik. Sebagai gantinya, pemberian obat melibatkan pencampurannya dengan pakan ratu yang dimakan lebah pekerja. Vaksin kemudian masuk ke royal jelly yang diberikan drone kepada ratu mereka. Keturunannya kemudian akan lahir dengan kekebalan terhadap bakteri berbahaya.
Para ilmuwan sebelumnya mengira serangga tidak mungkin mendapatkan kekebalan terhadap penyakit karena mereka tidak menghasilkan antibodi seperti manusia dan hewan. Namun, setelah mengidentifikasi protein yang memicu respons kekebalan pada lebah, para peneliti menyadari bahwa mereka dapat melindungi seluruh sarang melalui satu ratu.
Vaksin ini juga merupakan pengobatan yang jauh lebih manusiawi untuk penyakit foulbrood Amerika. Foulbrood dapat dengan mudah memusnahkan koloni 60 ribu lebah sekaligus dan sering membuat peternak lebah hanya memiliki satu pilihan, yaitu membakar sarang yang terinfeksi.
CEO Dalan Annette Kleiser mengatakan perusahaan berharap dapat menggunakan vaksin tersebut sebagai model untuk perawatan lain guna melindungi lebah madu. “Lebah adalah hewan ternak dan harus memiliki alat modern yang sama untuk merawat dan melindunginya seperti yang kita miliki untuk ayam, kucing, anjing, dan sebagainya,” kata Kleiser.