REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kasus keracunan chiki ngebul di Kabupaten Tasikmalaya yang terjadi pada November 2022 kembali menjadi perhatian Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pasalnya, terdapat lebih dari 20 anak yang diduga menjadi korban keracunan makanan yang mengandung nitrogen cair itu.
Republika mengunjungi rumah Irsyad (13 tahun), salah satu korban keracunan chiki ngebul di Kampung Hergamanah, Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (9/1/2023). Siang itu, Irsyad bersama ibunya, Wiwin (30), menceritakan kronologi keracunan itu terjadi.
Menurut Wiwin, peristiwa itu terjadi pada Selasa (15/11/2022) pagi. Ketika itu, anaknya yang sekolah di SDN Ciawang, membeli jajanan chiki ngebul di depan lingkungan sekolahnya sebelum masuk ke dalam kelas. "Waktu itu beli dua kali. Satu cup harganya Rp 2.000," kata Wiwin.
Ia menjelaskan, jajanan itu berupa chiki berwarna-warni yang dicampur cairan susu kental manis dan cairan nitrogen yang mengeluarkan asap. Menurut dia, sisa cairan yang terdapat dalam cup itu diminum juga oleh anaknya.
"Chikinya mah biasa, tapi pas dimakan ngebul. Dingin. Biasanya mah tidak ada sisa cairannya, tapi itu ada sisanya dan diminum," kata Wiwin.
Usai meminum cairan itu, Irsyad langsung mengalami sakit perut. Saat sudah di dalam kelas, siswa yang masih duduk di kelas VI SD itu muntah-muntah. Bahkan, sempat keluar darah saat Irsyad muntah.
Wiwin menyebutkan, tak hanya Irsyad yang mengalami gejala muntah itu. Terdapat enam orang lainnya yang mengalami gejala pusing, mual, dan muntah, serupa seusai menyantap chiki ngebul.
Alhasil, pihak sekolah membawa tujuh anak itu ke Puskesmas Leuwisari untuk diperiksa. Namun, hanya Irsyad yang harus dirujuk ke Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (RS SMC).
Menurut Wiwin, anak sulungnya itu harusnya menjalani perawatan lebih lanjut di RS SMC. Namun, Irsyad tak betah di rumah sakit.
"Yang lain ke puskesmas, tapi tidak ada yang dirujuk. Cuma Irsyad saja yang dirujuk. Memang waktu itu harusnya dirawat, tapi anaknya tidak mau. Jadi tak sampai menginap di rumah sakit," kata dia.
Wiwin mengatakan, setelah keluar dari rumah sakit, kondisi anaknya itu berangsur membaik. Namun, tiga hari kemudian anaknya mengalami diare. Irsyad pun kemudian dibawa ke dokter untuk diperiksa kembali. "Katanya dokter tidak apa-apa. Hanya sisa dari kemarin," ujar dia.
Usai peristiwa itu, Irsyad harus istirahat di rumah selama kurang lebih satu pekan. Lama kelamaan, gejala yang sempat dialami Irsyad makin menghilang.