Senin 09 Jan 2023 15:57 WIB

Cerita Korban Keracunan Chiki Ngebul di Tasikmalaya

Usai minum air yang ada di dalam Chiki Ngebul, korban langsung sakit perut.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolandha
Wiwin (30 tahun), bersama anaknya, Irsyad (13), di rumahnya, Kampung Hergamanah, Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (9/1/2023). Irsyad merupakan salah satu korban keracunan ciki ngebul di Kabupaten Tasikmalaya beberapa waktu lalu.
Foto: Bayu Adji P/Republika
Wiwin (30 tahun), bersama anaknya, Irsyad (13), di rumahnya, Kampung Hergamanah, Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (9/1/2023). Irsyad merupakan salah satu korban keracunan ciki ngebul di Kabupaten Tasikmalaya beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kasus keracunan chiki ngebul di Kabupaten Tasikmalaya yang terjadi pada November 2022 kembali menjadi perhatian Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pasalnya, terdapat lebih dari 20 anak yang diduga menjadi korban keracunan makanan yang mengandung nitrogen cair itu.

Republika mengunjungi rumah Irsyad (13 tahun), salah satu korban keracunan chiki ngebul di Kampung Hergamanah, Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (9/1/2023). Siang itu, Irsyad bersama ibunya, Wiwin (30), menceritakan kronologi keracunan itu terjadi.

Baca Juga

Menurut Wiwin, peristiwa itu terjadi pada Selasa (15/11/2022) pagi. Ketika itu, anaknya yang sekolah di SDN Ciawang, membeli jajanan chiki ngebul di depan lingkungan sekolahnya sebelum masuk ke dalam kelas. "Waktu itu beli dua kali. Satu cup harganya Rp 2.000," kata Wiwin.

Ia menjelaskan, jajanan itu berupa chiki berwarna-warni yang dicampur cairan susu kental manis dan cairan nitrogen yang mengeluarkan asap. Menurut dia, sisa cairan yang terdapat dalam cup itu diminum juga oleh anaknya.