REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kejadian ini sudah lama. Namun menurut saya, ini pengalaman jalan-jalan saya yang tak terlupakan. Pada Sabtu, 3 Maret 2012, UKM Karawitan Jawi biasa disingkat KARWIT mengadakan acara feedback angkatan 2011 yaitu Karya Wisata ke Cinangneng dengan tema Back to Nature atau Kembali ke Alam.
Kami, mahasiswa Atmajaya, berangkat dari kampus menuju ke Cinangneng, Bogor pukul 07.30. Perjalanan ditempuh dalam waktu kurang lebih dua jam.
Selama dalam perjalanan, seperti layaknya anak-anak muda, kami pun bercanda, foto-foto dan bernyanyi bersama. Ah tak terasa, waktu yang kami tempuh menuju lokasi sudah dekat. Dari kejauhan, kami melihat kompleks Cinangneng. Akses jalan menuju ke arah sana sangat sempit dan hanya bisa satu jalur.
Bus yang kami gunakan cukup besar, jadi terpaksa supirnya pun sangat berhati-berhati agar tidak tertabrak dengan rumah penduduk sekitar. Kami sempat tegang dan takut melihat kondisi ini. Kami khawatir, bus yang kami tumpangi menabrak tembok penduduk setempat. Untunglah, supir bus yang membawa kami cukup piawai membawa kendaraanya. Jalanan sempit pun kami lewati tanpa harus bergesekan dengan rumah penduduk.
Sesampai di tujuan, kami di sambut oleh kakak-kakak warga Cinangneng, orang sana biasa di panggil Teteh untuk kakak perempuan, sedangkan Akang untuk kakak laki-laki. Kami pun diantar ketempat pondok untuk tempat istirahat dan tempat meletakkan bawaan kami. Setelah berbenah diri dan beristirahat sebentar, kami diajak Teteh dan Akang berkumpul di aula pondok tersebut dan kemudian diajari bermain angklung, alat musik khas Sunda. Beberapa teman yang berasal dari daerah lain, sangat suprise dan senang dengan pengalaman ini. Bagi mereka, angklung adalah alat musik yang unik dengan citarasa internasional.
Setelah kami puas memainkan alat musik angklung, kami langsung diajak sama Teteh dan Akangnya untuk tur ke kampung sekitar. Kami diajak mengelilingi kampung dan bertemu langsung dengan penduduk sekitar yang memilki berbagai macam mata pencaharian. Mulai dari jasa pembuatan tas, jasa pembuatan bordir pakaian, jasa pembuatan wayang. Barang yang dibuat berkualitas. Harganya pun miring. Saya sempat menemukan tas yang mirip dengan salah satu merek terkenal di Jakarta. Dalam benak saya, jika tas ini dibawa ke Jakarta, harganya bisa naik tiga sampai empat kali lipat.
Puas melihat-lihat barang buatan kampung tersebut, kami pun kemudian diajak untuk melihat lahan pertanian. Disana, kami diajari oleh masyarakat sekitar bagaimana cara bercocok tanam yang baik. Kami pun diajari untuk menanam padi. Ini pengalaman baru bagi kami, anak-anak yang tinggal di kota. Kami pun asyik bermain lumpur. Tak hanya itu, kami pun diajari untuk memandikan kerbau. Wah, seru sekali.
Banyak hal yang kami pelajari disini. Kami belajar melukis topi petani atau camping, menyusuri sungai yang membelah kampung tersebut, menari tarian Sunda, bermain gamelan, meniup seruling. Tak hanya itu, kami pun belajar membuat kue bugis. Cukup melelahkan tapi rasanya puas sekali.
Penulis: Stephanie , Mahasiswi Ilmu Komunikasi UNIKA Atmajaya Angkatan 2011