REPUBLIKA.CO.ID,Penguasa langit menyebarmembuka kaca lensa harap
Kulit yang tengah mengendur mulai merajut satu persatu benang
Kusut tanpa jarum beruntai
Jari jemari mu yang lemah sigap mencari puingpuing kehidupan
Pijakkan kaki yang hampir melayang mengarungialiran jalan
Terhenti oleh tapakan kesempatan
Matanya menatap keatas melihat gunung berbau
Satu persatu puing dan robot kaleng serta alunanplastik
Diculiknya dalam karung pada beban pundak
Berat yang diasa mengeliat buatnya bersila sejenak
Sunyi sepi menggelora bagai arungan deras mengalirtanpa henti
Itulah hidup............
Tak lama ia bangkit, bertahan dalam perih
Selembar demi selembar telahnya laluiTak banyak senyum dalam dalam catatannya
Namun ketabahan dan rasa syukurnya mengalahkankehancuran
Berdiri kokoh mencari keridhoan
Satu dua butir nasi yang ia suapkan pada keluarga
Hanyanya sendiri yang kini menikmati
Kematian kefanaan kemiskinan dan keserakahan
Buatnya sendiri.........
Disaat koruptor sibuk memperkaya diri
Orang lemah sepertinya hanya termenung di tepi kolong langit
Tak ada benaknya menuntut
Hanya berharap bertemu mentari esok dan tetapbertahan
Hidup memang berat tapi inilah yang harus dijalani dengan keikhlasan
Untuk bahagia dunia akhirat
Penulis: Arie Restu Nurhidayani (Universitas Islam 45 Bekasi)