Rabu 18 Jan 2023 19:57 WIB

Psikiater: Pemikiran Kurang Matang Bisa Tingkatkan Risiko Stres

Selama pandemi gangguan depresi dan ansietas meningkat tiga kali lipat.

Sejumlah pekerja berjalan sepulang kerja di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta, Senin (10/10/2022). Berdasarkan data dari Mercer Marsh Benefits, 37 persen karyawan Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental (stres) sehari-harinya yang salah satunya terkait kondisi finansial yang lebih buruk dari sebelumnya dikarenakan ketidakpastian ekonomi dan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Sejumlah pekerja berjalan sepulang kerja di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta, Senin (10/10/2022). Berdasarkan data dari Mercer Marsh Benefits, 37 persen karyawan Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental (stres) sehari-harinya yang salah satunya terkait kondisi finansial yang lebih buruk dari sebelumnya dikarenakan ketidakpastian ekonomi dan kenaikan harga kebutuhan pokok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikiater Klinik dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dr. Gina Anindyajati Sp.KJ mengatakan bahwa persepsi atau cara pandang seseorang terhadap kehidupan cenderung memengaruhi sikapnya dalam menyelesaikan masalah di lingkungan kerja.

"Bagaimana cara pandang dia terhadap dunia, cara dia menyikapi persoalan-persoalan kehidupan itu akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana dia nanti menyelesaikan masalah-masalah di pekerjaannya," ucapnya dalam diskusi daring dengan tema 'Membangun Keselarasan Dunia Kerja dengan Kehidupan Pribadi' yang diikuti di Jakarta, Rabu (18/1/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan kepribadian seseorang banyak memengaruhi bagaimana cara mengatasi tekanan yang berkaitan dengan pekerjaan. Cara penyelesaian persoalan yang tidak matang, menurut Gina, akan cenderung menimbulkan masalah tekanan yang lebih besar lagi termasuk jika mendapat tuntutan dalam pekerjaan.

Selain itu, adanya masalah dalam hubungan, baik dengan orang di rumah maupun di kantor, juga memengaruhi produktivitas dalam pekerjaan.

"Bagaimana pun juga relasi kita dengan orang lain akan memengaruhi, apa yang terjadi di rumah apa yang terjadi di kantor besar pengaruhnya pada pekerjaan juga sebaliknya," ucapnya.

Gina menjelaskan jika kondisi jiwa yang tidak baik maka akan berpengaruh pada kondisi fisik dalam bentuk manifestasi seperti penyakit.

Dalam berbagai penelitian, ia mengatakan empat dari sepuluh orang yang mengalami gangguan jiwa mengalami ansietas, dan tiga dari sepuluh orang mengalami gangguan depresi. Dan selama pandemi gangguan depresi dan ansietas meningkat tiga kali lipat.

"Yang menarik keluhan-keluhan yang disampaikan ketika orang-orang yang datang berkonsultasi bukan keluhan suasana perasaan tapi berupa keluhan-keluhan fisik, seperti perutnya sakit, pundak sakit," katanya.

Ia mengatakan kondisi ini disebut gangguan psikosomatis, di mana keadaan jiwa yang kurang sehat namun muncul dalam bentuk manifestasi fisik.

Istilah ini mengacu pada keluhan-keluhan fisik yang muncul akibat pikiran dan emosi yang dirasakan oleh seseorang karena stres menghadapi sesuatu yang baru atau depresi dan ansietas.

Gina mengingatkan untuk mewaspadai jika sensasi ini berlangsung berkepanjangan sampai mengganggu aktivitas karena terlalu fokus pada stresnya. Demikian juga jika jantung yang sering berdebar-debar meskipun kejadian yang dilakukan sudah terlewati, bisa jadi itu suatu gangguan psikosomatis dan segera konsultasikan ke psikiater.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement