Sabtu 21 Jan 2023 05:05 WIB

Kisah Fatima Grimm, Salah Satu Wanita Jerman Pertama yang Menjadi Mualaf

Ia memeluk Islam pada 1960 di saat Islam belum ramai dibahas di Jerman.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Fatima Grimm adalah salah satu wanita Muslim Jerman pertama yang memeluk Islam. Lahir pada 1934, ia menerima Islam pada 1960 dan saat itu Islam belum ramai dibahas di Jerman. Kisah Fatima Grimm, Salah Satu Wanita Jerman Pertama yang Menjadi Mualaf
Foto: About Islam
Fatima Grimm adalah salah satu wanita Muslim Jerman pertama yang memeluk Islam. Lahir pada 1934, ia menerima Islam pada 1960 dan saat itu Islam belum ramai dibahas di Jerman. Kisah Fatima Grimm, Salah Satu Wanita Jerman Pertama yang Menjadi Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fatima Grimm adalah salah satu wanita Muslim Jerman pertama yang memeluk Islam. Lahir pada 1934, ia menerima Islam pada 1960 dan saat itu Islam belum ramai dibahas di Jerman.

Dilansir dari About Islam, perjalanan Fatima Grimm mencapai hidayah cukup panjang. Mulai dari perenungan tentang aturan universal yang mengatur manusia, hingga pencarian Tuhan yang menurutnya benar.

Baca Juga

"Sebelum saya menerima Islam, saya mencari aturan universal. Menurut saya, aturan harus ada. Aturan yang benar-benar memiliki validitas. Karena saat itu, di akhir tahun 1950-an, tampaknya ada kecenderungan individualisme. Semua orang mengaku telah menemukan kebenaran, setiap orang memiliki norma yang berbeda dan menafsirkan aturan sesuai dengan selera pribadi mereka. Itu membuatku bingung," jelasnya.

"Apakah tidak ada aturan universal? Dan siapa yang bisa menghasilkan aturan universal semacam ini? Seorang filsuf besar? Seorang jenius? Dan berapa lama aturan universal ini berlaku?" tambahnya.

Perenungan akan aturan yang bisa mengatur semua manusia dengan aturan yang benar membawanya akan kebenaran keberadaan Tuhan. Dia telah meyakini ada sebuah kekuatan besar yang memang mengatur manusia dan Dia telah membuat aturan-Nya.

Hanya saja, Fatima kemudian bingung karena di dunia ada berbagai macam agama yang memiliki sembahannya masing-masing. Setiap agama mempercayai Tuhan merekalah yang benar.

"Hatiku ingin menunjukkan rasa terima kasih. Tapi kepada siapa? Siapakah Tuhan? Apakah Dia Allah Bapa yang duduk di atas awan di langit? Atau apakah Dia dewa yang menderita di kayu salib? Atau sosok tersenyum dari Timur Jauh ini? Aku ingin berterima kasih kepada Tuhan. Tetapi hati saya ingin benar-benar yakin tentang Tuhan," ujarnya.

Bertemu dengan Islam...

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement