Senin 23 Jan 2023 18:12 WIB

MUI Mengajak Semua Pihak Lindungi Generasi Bangsa dari LGBT

Kiai Jeje mengimbau jangan mengabaikan penyimpangan LGBT.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Logo MUI
Logo MUI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Jeje Zaenudin menyampaikan prihatin atas fenomena semakin banyak dan meluasnya generasi muda yang terpapar HIV/ Aids. Penyebabnya adalah perilaku seks bebas dan penyimpangan seperti Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT).

Kiai Jeje mengatakan, dari sudut pandang teologis, sebagaimana yang telah Nabi Muhammad SAW sampaikan. Di antara azab yang disegerakan adalah terhadap pelaku dosa penyelewengan seksual. Ternyata banyak berbagai penyakit yang menimpa pelaku penyimpangan seksual.

"Pelaku penyimpangan seksual itu perzinaan, kumpul kebo, perilaku seks bebas, apalagi dilakukan dengan cara menyimpang yaitu perilaku homo, lesbi sampai melakukan transgender, ini salah satu daripada penyakit sosial yang dampaknya sangat luas terhadap penyakit fisik jasmani yaitu dengan mendatangkan penyakit yang tidak bisa diobati, penyakit yang melumpuhkan dan membunuh imunitas ketahanan seseorang," kata Kiai Jeje kepada Republika, Senin (23/1/2023).

Ia mengatakan, untuk mencegah paling tidak menekan dan meminimalisir semakin meluasnya dan merajalelanya penyakit HIV/ Aids yang disebabkan oleh perilaku seks bebas dan perilaku seks menyimpang. Maka semua stakeholder, para pemegang kebijakan dalam hal ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk membuat peraturan. Bersama legislatif, masyarakat umum dan institusi keagamaan serta pendidikan. Semuanya harus ikut aktif dan bertanggung jawab melindungi generasi bangsa dari bahaya seks bebas dan perilaku seks menyimpang.

Semuanya harus bersama-sama melindungi generasi muda dari terpapar ideologi dan paham kebebasan, dan perilaku-perilaku yang bebas serta menyimpang terutama dalam pergaulan dan perilaku seksual.

Kiai Jeje juga menyoroti pola hidup dan sistem sosial yang mulai mengalami permisif dan abai terhadap penyimpangan dan keburukan. "Ini sebagai dampak dari dipropagandakannya terus-menerus, dibangun opini harus bersikap hidup yang toleran, yang akhirnya dipahami secara salah yaitu menjadi sikap hidup masyarakat yang acuh tak acuh serta individualistik," ujar Kiai Jeje.

Kiai Jeje mengingatkan semua pihak agar jangan abai terhadap perilaku menyimpang yang sangat jauh dari prinsip-prinsip sosial kemasyarakatan, dan jauh dari peradaban Islam. Peradaban Islam mengajarkan tolong-menolong, saling memperhatikan, amar ma'ruf nahi munkar, dan watawasau bil haqqi wa tawaasau bis sabr.

"Masyarakat satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan, tidak boleh hidup individualistik, dan tidak boleh mengabaikan penyimpangan-penyimpangan perilaku masyarakat, karena apabila terjadi dan dilakukan dampaknya dapat merajalelanya penyakit yang tidak bisa diobati seperti HIV/Aids," jelasnya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) ini mengingatkan, jika penyakitnya sudah merajalela, akhirnya menimpa kepada masyarakat yang tidak ikut terlibat melakukan perilaku menyimpang. Itu terjadi karena hukum sosial seperti itu.

"Siapa yang acuh tak acuh, tidak peduli dan permisif terhadap penyimpangan, penyelewengan, kemaksiatan dan penyakit sosial di lingkungannya, maka ia pun akan menjadi korban, menjadi bagian yang terkena bencana dari azab dan hukum sosial itu, yaitu penyakit, wabah yang merajalela, bencana alam dan bencana-bencana lainnya yang bersifat umum," jelasnya.

Kiai Jeje mengingatkan, jika suatu kaum telah meninggalkan sikap amar ma'ruf nahi munkar, dan watawa saubil haqqi wa tawaa saubis sabr. Maka dampaknya doa tidak dikabulkan, dan azab yakni malapetaka bersifat umum menimpa semua anggota masyarakat.

"Maka saran saya kepada seluruh kaum muslimin dan seluruh warga bangsa Indonesia yang sama-sama sadar dan komitmen terhadap keselamatan umat dan bangsa di masa sekarang dan masa yang akan datang, merupakan kewajiban diri kita secara moral, secara agama, dan secara keseluruhan, sebagai tanggung jawab umat dan bangsa untuk bersama-sama ikut memikirkan," ujarnya.

Ketua MUI ini mengajak semuanya bekerja keras membentengi keluarga, masyarakat, umat dan bangsa Indonesia. Supaya tidak terjerumus kepada pola hidup atau perilaku hidup yang keluar dari fitrah. Apalagi sampai berusaha untuk mengakui, merestui dan melegalkan perilaku-perilaku menyimpang itu yang jelas-jelas memberikan kontribusi besar terhadap munculnya berbagai macam penyakit berbahaya. Termasuk di dalamnya penyakit HIV/Aids.

"Maka seluruh elemen masyarakat dan elemen bangsa, elemen umat dari semua agama, dari semua suku, dari semua tradisi, dan budaya pasti sepakat tentang perlunya kita membangun sistem kehidupan kita yang bersih dari berbagai macam keyakinan, pemikiran dan perilaku menyimpang yang bisa menimbulkan kerusakan kehidupan," kata Kiai Jeje.

Ia berpesan kepada para pemuka agama, para pendidik, para tokoh masyarakat, budayawan, agamawan dan juga kepada para pemimpin bangsa yang memiliki kewenangan. Untuk ikut membuat regulasi atau aturan yang bisa mengontrol, mengawal, dan melindungi warga negara dari perilaku dan tindakan-tindakan yang menyimpang itu. Sebab perilaku menyimpang seperti LGBT dan seks bebas itu merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat umum.

"Tentu anggota legislatif dan para eksekutif yang memiliki kewenangan, memiliki kekuasaan dan memiliki peluang sebagai para pemimpin sekaligus pemegang kebijakan, saatnyalah untuk ikut memikirkan dan ikut berperan aktif untuk membuat regulasi yang bisa melindungi masyarakat dari perilaku yang menyimpang," tegas Kiai Jeje.

Kiai Jeje mengajak semuanya melindungi masyarakat dari  ideologi, pemikiran dan budaya asing yang bisa merusak jati diri bangsa Indonesia. Tentu bersama-sama bisa mencegah dan menghukum atau memberi sanksi terhadap mereka-mereka yang terus memaksakan pemikirannya dan memaksakan perilakunya yang menyimpang untuk bisa diterima di tengah masyarakat.

"Maka jika seluruh elemen masyarakat dan bangsa ini bersatu padu menegakkan rasa hidup kita sebagai bangsa Indonesia yang berbasis kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan keadilan sosial, maka tentu semuanya akan sepakat untuk mencegah meluas dan merajalelanya perilaku menyimpang ini, demi menjaga masyarakat dari penyakit sosial yang membahayakan," jelas Kiai Jeje.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement