REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Petarung Ultimate Fighting Championship (UFC), Khamzat Chimaev, melontarkan kritik keras terhadap Pemerintah Swedia sebagai bentuk protes keras terhadap aksi politisi sayap kanan Swedia, Rasmus Paludan, yang membakar Al Quran. Chimaev pun menyebut Paludan layaknya seorang teroris.
Aksi ini dilakukan Paludan di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia, Jumat (20/1/2023) waktu setempat. Alih-alih melarang aksi Paludan tersebut, pihak otoritas Swedia, termasuk aparat kepolisian, justru membiarkan aksi tersebut.
Aksi tersebut kemudian mengundang kecaman dari sejumlah negara Islam, tidak terkecuali Indonesia. Pun dengan kecaman dari salah satu badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNAOC. Tidak hanya itu, kecaman juga datang dari muslim di Swedia, tidak terkecuali Chimaev.
Lahir dari keturunan Checnhya, Chimaev diketahui memeluk agama Islam. Dalam sebuah unggahan di akun instagramnya, petarung berjuluk Borz atau serigala tersebut menyesalkan sikap pemerintah Swedia yang seolah membiarkan insiden tersebut. Unggahan itu dilengkapi Chimaez dengan sebuah tangkapan layar salah satu berita soal sikap Pemerintah Swedia.
''Dia adalah teroris. Saya Muslim dan tidak pernah menyinggung agama lain, tidak pernah melakukan apa yang dia lakukan terhadap agama lain. Mengapa Anda membiarkan dia melakukan hal ini,'' tulis Chimaev seperti dilansir Sports Rush, Selasa (23/1/2023).
Tidak berhenti sampai disitu, petarung mixed martial arts dengan catatan 12 kemenangan tanpa pernah kalah itu pun menuntut, semua pihak, termasuk Pemerintah Swedia, untuk tidak tinggal diam. ''Kami semua seharusnya tidak tinggal dia. Anda bisa memanggil kami sebagai saudara, setidaknya tunjukkan rasa hormat,'' lanjut pesan Chimaev tersebut.
Sebelumnya, Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, mengunggah pesan di akun media sosialnya terkait aksi pembakaran Al Quran oleh Paludan tersebut. Dalam pesannya tersebut, Kristesson ikut mengutuk aksi tersebut.
''Kebebesan berekspresi adalah bagian penting dari demokrasi. Namun, apa yang legal bukan berarti pantas. Membakar buku yang dianggap suci buat pemeluk agama lain adalah bentuk rasa tidak hormat. Saya ingin mengucapkan simpati terhadap semua muslim, yang merasa tersinggung atas aksi tersebut,'' tulis Kristersson di akun resmi Perdana Menteri Swedia.