REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Keagungan kalimat tahlil tidak hanya terletak pada dampaknya yang luar biasa bagi mukmin, tetapi juga terlihat dalam struktur kalimatnya.
Kalimat لآإِلَهَ إِلاَّ الله “La ilaha illallah” itu hanya terdiri atas tiga huruf yaitu alif, lam, dan ha'. Bayangkan, tiga huruf dapat membentuk ajaran paling sentral dalam Islam.
Struktur kalimat tahlil tersebut begitu agung, singkat, padat, dan bernas. Artinya, ajaran tentang keesaan Allah SWT itu lugas, sederhana, rasional, mudah dipahami, tidak ambigu, dan tidak rumit. Apabila kalimat tahlil itu dipadatkan, esensi tiga huruf dalam la ilaha illallah adalah Allah (yang juga terdiri atas tiga huruf).
Secara semantik, kata Allah dalam bahasa Arab berasal dari alaha-ya'lahu yang bermakna menyembah, melindungi, menolong. Jadi, Allah SWT adalah Dzat yang paling layak di sembah, paling berhak dimintai perlindungan dan pertolongan.
Oleh karena itu, setiap sholat, terutama saat membaca surat al-Fatihah, komitmen bertauhid itu selalu diulang.
Oleh karena keagungan kalimat tahlil, zikir paling afdal adalah membaca, menghayati, dan mengamalkan makna kalimat tahlil.
Menurut fitrahnya, manusia sangat merindukan keesaan dan kasih sayang Allah SWT karena rahmat Allah SWT itu mahaluas, tak terbatas, menjangkau, memenuhi, dan menjamin segala kebutuhan makhluk-Nya.
وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ ۚ قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ مَنْ أَشَاءُ ۖ وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ۚ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami". (QS al-A'raf [7]: 156).
Menurut Said Nursi, kalimat tahlil berisi tauhid uluhiyah dan tauhid ma'budiyah. Tauhid yang pertama menghendaki pemurnian akidah dalam menuhankan Allah SWT.
Dialah satu-satunya Tuhan, Dia Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan tiada selain-Nya yang layak dituhankan. Karena itu, dosa terbesar adalah syirik, penuhanan selain Allah SWT, karena bertentangan dengan tauhid uluhiyyah.
Tauhid yang kedua, ma'budiyah, mengharuskan totalitas kepasrahan, penyerahan diri, dan penghambaan kepada Allah SWT. Menjadi hamba Allah SWT itu esensinya adalah bersikap sami'na wa atha'na, mau belajar, memahami, dan menaati syariat Allah SWT. Dengan beribadah hanya kepada Allah SWT, hamba dapat meraih derajat takwa.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah [2]: 21).