Kamis 26 Jan 2023 03:23 WIB

Studi Bantah Anggapan Vaksin Covid-19 Sebabkan Penyakit Jantung

Studi terbaru ungkap efek samping dari vaksin Covid-19 terbilang rendah

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 kepada warga di Balai Kota Jakarta. eskipun vaksin Covid-19 menyelamatkan banyak nyawa, efek samping serius yang memicu peradangan pada jantung telah dilaporkan setelah vaksinasi, bersama dengan penyakit tidak menular (PTM) dini lainnya. Namun, penelitian terbaru mengklaim bahwa efek samping yang dilaporkan jumlahnya rendah.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 kepada warga di Balai Kota Jakarta. eskipun vaksin Covid-19 menyelamatkan banyak nyawa, efek samping serius yang memicu peradangan pada jantung telah dilaporkan setelah vaksinasi, bersama dengan penyakit tidak menular (PTM) dini lainnya. Namun, penelitian terbaru mengklaim bahwa efek samping yang dilaporkan jumlahnya rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun vaksin Covid-19 menyelamatkan banyak nyawa, efek samping serius yang memicu peradangan pada jantung telah dilaporkan setelah vaksinasi, bersama dengan penyakit tidak menular (PTM) dini lainnya. Namun, penelitian terbaru mengklaim bahwa efek samping yang dilaporkan jumlahnya rendah.

Menurut WHO, lebih dari 850 juta kasus dan lebih dari 6,6 juta kematian akibat Covid telah dilaporkan di seluruh dunia. Saat ini, tingkat kematian telah berkurang karena penurunan patogenisitas varian SARS-CoV-2 baru, tetapi faktor utama dalam penurunan tingkat kematian adalah pemberian lebih dari 12,8 miliar dosis vaksin di seluruh dunia.

Menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah akses terbuka MDPI, komunitas ilmiah harus menyelidiki seluruh spektrum komplikasi yang disebabkan oleh vaksin Covid-19 sehingga langkah-langkah keamanan yang diperlukan dapat diambil, dan vaksin saat ini dapat direkayasa ulang untuk menghindari atau meminimalkan efek sampingnya.

"Kami menjelaskan secara mendalam efek samping yang parah untuk gangguan metabolisme, mental, dan neurologis prematur; penyakit kardiovaskular, ginjal, dan autoimun, serta masalah kesehatan reproduksi yang terdeteksi setelah vaksinasi Covid-19 dan apakah ini bersifat kausal atau insidental," tulis para peneliti seperti dilansir dari Times Now News, Rabu (25/1/2023).

Bagaimanapun, kata peneliti, vaksinasi telah memberikan manfaat lebih besar daripada efek sampingnya. Namun, kondisi yang sudah ada sebelumnya pada individu yang divaksinasi perlu diperhitungkan dalam pencegahan dan pengobatan efek samping.

Diabetes dan Covid-19 memiliki hubungan dua arah. Selain menyebabkan timbulnya diabetes baru atau memperburuk diabetes yang sudah ada sebelumnya, diabetes dan hiperglikemia terkait dengan prognosis yang lebih buruk pada pasien Covid-19. Namun, meskipun kemungkinan hiperglikemia parah sangat jarang terjadi pada penerima vaksin Covid-19, sangat penting bagi dokter untuk mewaspadai efek samping ini dan mengantisipasi hiperglikemia parah pada individu yang menunjukkan gejala pasca-vaksinasi seperti buang air kecil berlebihan, rasa haus yang berlebihan, masalah penglihatan, dan kelelahan.

Dalam konteks penyakit kardiovaskular (CVD), karena hubungan sebab akibat belum dapat dibuktikan antara vaksinasi Covid-19 dan timbulnya hipertensi, dan pasien dengan krisis hipertensi jarang membutuhkan rawat inap, vaksinasi Covid-19 menunjukkan manfaat yang besar dibandingkan dengan risikonya.

"Mengenai aritmia, meskipun kasus aritmia ventrikel paroksismal dilaporkan untuk vaksin BNT162b2, tidak ada hubungan sebab akibat yang ditemukan," kata para peneliti.

Selain itu, paparan Covid-19 menghadirkan risiko yang jauh lebih tinggi untuk mengembangkan aritmia. Di sisi lain, tren miokarditis terkait vaksin Covid-19 sebanding dengan infeksi virus lainnya, dengan prevalensi yang lebih besar di kalangan remaja dan pria dewasa muda.

Terutama, risiko miokarditis dan rawat inap pada kelompok individu yang divaksinasi ini lebih rendah dibandingkan dengan pasien Covid-19 yang tidak divaksinasi, kata makalah tersebut.

Mengenai gangguan neurologis, vaksinasi massal telah mengkonfirmasi bahwa risiko terkena komplikasi neurologis yang parah jauh lebih rendah untuk individu yang divaksinasi dengan vaksin Covid-19 daripada individu yang dinyatakan positif Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement