REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Ray Rangkuti menilai potensi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024 semakin kuat dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain.
"Erick Thohir makin kuat," ujar Ray dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (25/1/2023) lalu.
Menurut dia, ada beberapa faktor yang membuat Erick semakin berpotensi menjadi cawapres dibandingkan tokoh-tokoh lain, di antaranya, ia merupakan bagian dari keluarga besar organisasi Islam terbesar di dunia dan di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU).
Ray mengatakan status Anggota Kehormatan Banser sebagai keluarga besar NU tidak dapat dipungkiri memberikan nilai tambah bagi Erick untuk maju sebagai cawapres, apalagi ia juga pernah mengemban peran penting sebagai Ketua Steering Committee Panitia Hari Lahir Ke-100 NU.
Berkat campur tangan orang nomor satu di Kementerian BUMN tersebut, ujar Ray, berbagai rangkaian acara peringatan Hari Lahir Ke-100 NU terselenggara dengan meriah di berbagai daerah. "Ya, anggap menjadi bagian dari keluarga besar NU, jadi Ketua Panitia Hari Lahir NU yang ke 100?" kata Ray yang juga merupakan pendiri Lingkar Madani Indonesia itu pula.
Di samping itu, kata dia lagi, Erick juga mampu menuai dukungan suara yang banyak secara nasional lantaran berstatus sebagai menteri. Ray pun berpendapat Erick merupakan sosok pemimpin di tingkat pusat yang paling menonjol, karena mampu menyita perhatian masyarakat berkat kinerja apik di Kementerian BUMN, sekaligus menjadi menteri terbaik dan andalan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Berbagai program yang dikeluarkan oleh Erick Thohir di Kementerian BUMN pun, kata dia, mampu menjangkau seluruh masyarakat di Indonesia. Di antaranya, Program Kredit Usaha Rakyat (KUR), Mekaar, serta Makmur dan Solusi Nelayan yang terbukti mampu menggerakkan roda perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia.
"Selain itu, untuk kelompok agamawan, kelompok non-Jawa, Erick adalah figurnya. Dia kan tokoh non-Jawa gitu, maksudnya, Jawa bukan etnik ya, Jawa artinya pengertiannya geografis (pulau)," ujar Ray pula.