REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis rupiah akan menguat pada tahun ini. Perry menyebut sejumlah faktor penting mendukung keyakinan penguatan nilai rupiah.
"Karena faktor fundamentalnya semuanya memberikan justifikasi dasar bahwa nilai tukar rupiah akan menguat, pertumbuhan tinggi, inflasi rendah, neraca pembayaran surplus, dan prospek ekonomi yang baik," kata Perry dalam Peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).
Perry mengungkapkan, BI memperkirakan transaksi berjalan akan balance sekitar nol persen dan neraca pembayaran juga akan surplus. Sementara itu, Perry menuturkan, aliran modal yang sudah dan akan masuk tidak hanya penanaman modal asing, namun juga investasi portofolio.
"Untuk itu, kami meyakini, nilai tukar rupiah akan menguat. Rupiah akan menguat setelah gejolak global semakin mereda dan pertumbuhan kredit surplus sampai 12 persen tahun ini," jelas Perry.
Perry menyampaikan, dalam periode normal BI akan membiarkan nilai tukar rupiah pada mekanisme pasar. Hanya saja, pada masa saat ini yang cukup banyak gejolak ekonomi, Perry menegaskan BI tidak akan ragu melakukan intervensi stabilisasi nilai tukar rupiah.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Perry menuturkan, kebijakan BI sangat jelas. "Untuk menurunkan inflasi inti kami sudah menaikan suku bunga sebanyak 225 basis poin (bps) dan pada RDG terakhir sudah jelas bahwa 225 bps ini memadai," ungkap perry.
Untuk itu, Perry menegaskan BI meyakini nilai tukar akan menguat. Dia memastikan BI akan terus menjaga menjaga hal tersebut dan mengoptimalkan pengelolaan lalu lintas devisa untuk stabilitas nilai tukar rupiah dan ekonomi Indonesia.