REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada Selasa mengungkapkan dua per tiga hiu dan pari yang di hidup di terumbu karang terancam punah. Temuan tersebut bisa menjadi peringatan keberlangsungan terumbu karang.
Terumbu karang bisa menampung seperempat dari semua hewan dan tumbuhan laut. Namun, kehidupannya sangat terancam oleh berbagai ancaman manusia, termasuk penangkapan ikan berlebihan, polusi, dan perubahan iklim.
“Spesies hiu (predator) dan pari (penyaring makanan) berperan penting dalam ekosistem ini dan tidak dapat diisi oleh spesies lain,” kata Samantha Sherman dari Simon Fraser University di Kanada dan kelompok satwa liar TRAFFIC International, dikutip Japan Today, Senin (30/1/2023).
Namun, menurut studi yang menilai dari data kerentanan kepunahan International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang mengamati 134 spesies hiu dan pari yang terkait dengan terumbu karang menemukan, keberadaan mereka di bawah ancaman besar global. Sebanyak 59 persen spesies hiu dan pari terumbu karang terancam punah.
Risiko kepunahan itu meningkat hampir dua kali lipat. Lima spesies hiu terdaftar sebagai terancam punah dan sembilan spesies pari yang disebut “rhino rays.”
Sherman mengatakan ancaman terbesar bagi spesies tersebut sejauh ini adalah penangkapan ikan yang berlebihan. Hiu paling terancam di Atlantik Barat dan sebagian Samudra Hindia. Sedangkan Samudra Hindia dan Asia Tenggara adalah risiko pari tertinggi. “Wilayah ini banyak menangkap ikan dan saat ini tidak memiliki pengelolaan untuk mengurangi dampak pada spesies ini,” ujar Sherman.
Tahun lalu negara-negara di Convention on International Trade in Endangered Species (CITIES) menyetujui rencana untuk melindungi lusinan spesies hiu dan pari. Bahkan, mereka menambahkan 21 spesies terumbu karang selain 18 spesies yang sudah tercakup dalam aturan.
Namun, Sherman menyebut upaya global lebih masih diperlukan. Sebab, aturan tidak benar-benar menghentikan pembunuhan spesies ini. “Solusinya adalah pembatasan penangkapan ikan, Kawasan Konservasi Laut (MPA) yang ditempatkan dengan baik dan diterapkan dengan benar, dan solusi mata pencaharian alternatif untuk mengurangi jumlah nelayan di terumbu karang,” ucap dia.
Perikanan terumbu karang secara langsung mendukung mata pencaharian dan ketahanan pangan lebih dari setengah miliar orang. Namun, ekosistem ini sedang menghadapi ancaman eksistensial akibat eksploitasi berlebihan dan pemanasan global.
Perubahan iklim yang didorong oleh manusia telah memicu pemutihan karang massal saat lautan dunia menjadi lebih hangat. Penelitian permodelan telah menunjukkan meskipun Persetujuan Paris untuk menahan pemanasan global hingga 1,5 derajat celsius tercapai, 99 persen terumbu karang dunia tidak akan dapat pulih.
Pada pemanasan dua derajat, jumlahnya naik menjadi 100 persen. “Kita tahu kesehatan terumbu karang menurun, sebagian besar karena perubahan iklim. Tapi hiu dan pari terumbu karang dapat membantu menjaga terumbu karang lebih lama sehat," tambahnya.