REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sikap tawadhu adalah lawan dari kesombongan. Seseorang yang ingin menjadi pribadi tawadhu harus meneladan Rasulullah SAW yang penuh dengan kearifan dalam menjadi hidup.
Pengasuh Majelis Rasulullah, Habib Muhammad al-Bagir bin Alwi bin Yahya, mengatakan, di antara potret ketawadhuan Rasulullah SAW seperti dituliskan dalam kitab Ajalat as-Sibaq karya Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar, adalah Rasulullah SAW.
Kerendahan hati Rasulullah SAW juga terpancar ketika ada orang-orang miskin yang mengundangnya. Sebab, Rasulullah tidak pernah membedakan orang-orang yang mengundang.
Ketawadhuan Rasulullah SAW juga terlihat dari kasih sayang Rasulullah SAW kepada anak yatim dan janda lanjut usia dengan menyantuni dan memperhatikan setiap kebutuhan mereka.
"Nabi SAW dari ketawadhuannya itu duduk dengan orang fakir. Ini ada orang tak mau duduk dengan orang fakir. Nabi (justru) duduk dengan orang fakir dan juga memberikan makan orang miskin. Begitu rendah hatinya Nabi SAW," kata Habib Muhammad Bagir.
Ketika berada di tengah-tengah orang fakir, Rasulullah SAW bahkan memanjatkan doa kepada Allah SWT agar selalu bisa melakukan kebaikan, meninggalkan kemungkaran, dan selalu cinta kepada orang-orang miskin.
Bahkan, Rasulullah SAW juga pernah berdoa agar Allah SWT menjadikan dirinya hidup dalam kemiskinan dan mati dalam kemiskinan serta mengumpulkannya bersama kelompok orang-orang miskin. Dalam sunan al-Tirmizi Rasulullah membaca doa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا ، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا ، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Habib Muhammad Bagir mengatakan doa Nabi Muhammad SAW tersebut menggambarkan ketawadhuan Nabi sekaligus sifat Nabi SAW yang senang untuk menyenangkan orang-orang miskin.
Rasulullah SAW juga terbiasa makan lesehan bersama para sahabat yang menandakan tawa dhunya Nabi SAW ketika makan.
Rasulullah SAW memakan makanan yang ada atau yang terhidang. Artinya Rasulullah SAW tidak mencari-cari atau menuntut makanan yang tidak ada di hadapannya.
Bahkan, Rasulullah SAW tidak menuntut bila tidak ada makanan apa pun untuk dimakan. Hingga dalam beberapa riwayat disebutkan Rasul SAW mengganjal perutnya dengan batu untuk menahan rasa lapar karena tidak adanya makanan.