Rabu 08 Feb 2023 08:01 WIB

Indonesia Catat Surplus Perdagangan dengan Swiss pada 2022

Perdagangan Indonesia-Swiss diperkirakan masih positif untuk tahun ini.

Perdagangan Indonesia-Swiss terus meningkat dan berhasil mencatat surplus perdagangan di tahun 2022.
Foto: Dok. KBRI Bern
Perdagangan Indonesia-Swiss terus meningkat dan berhasil mencatat surplus perdagangan di tahun 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Ekonomi Swiss termasuk salah satu yang sangat maju dan cukup stabil dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Eropa lainnya. Saat perekonomian global masih belum pulih seluruhnya karena dampak pandemi, ekonomi Swiss sudah mulai kembali normal sejak tahun 2021. Bahkan, perdagangan Indonesia - Swiss terus meningkat dan berhasil mencatat surplus perdagangan pada 2022. 

Kinerja perdagangan Indonesia masih mengalami penguatan dan menunjukkan surplus pada periode Januari-Desember 2022. Total nilai ekspor Indonesia pada periode Januari-Desember 2022 mencapai USD 2,21 miliar (Rp 33,31 triliun), sedangkan total nilai impor Indonesia dari Swiss adalah USD 428,63 juta (Rp 6,45 triliun). Dengan demikian, total nilai surplus perdagangan Indonesia – Swiss adalah senilai USD 1,78 miliar (Rp 26,86 triliun). 

Baca Juga

Pada tahun 2021, total nilai ekspor Indonesia ke Swiss tercatat senilai USD 1,70 miliar (Rp 25,58 triliun), sedangkan total nilai impor dari Swiss tercatat sebesar USD 360,30 (Rp 5,42 triliun). Dengan demikian, neraca ekspor Indonesia ke Swiss tahun 2022 meningkat 30,3 persen dan neraca impor juga meningkat 18,9 persen dibandingkan dengan tahun 2021 (YoY). 

Peningkatan tersebut terjadi karena peningkatan di beberapa komoditas, khususnya ekspor emas/logam mulia/perhiasan/permata (HS 71) sebesar 40,7 persen di 2022 tersebut. Demikian menurut data yang diterbitkan oleh Federal Office for Customs and Border Security (FOCBS). 

Sepuluh komoditas yang masih konsisten berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia ke Swiss, berdasarkan urutan nilai ekspornya antara lain logam mulia, perhiasan/permata (HS 71), alas kaki (HS 64), produk tekstil bukan rajutan (HS 62), produk tekstil rajutan (HS 61), perlengkapan elektrik (HS 85), furnitur (HS 94), kopi (HS 0901), karet (HS40), mesin turbin/suku cadang (HS 84) dan minyak atsiri (HS 3301.29). Sedangkan kimia organik (HS 29) sudah tergeser oleh karet untuk tahun 2022 lalu. 

Meskipun secara umum performa perekonomian Swiss masih relatif baik pada tahun 2022 yang antara lain ditunjukkan oleh pertumbuhan GDP sebesar 0,2 persen, menurut State Secretatriat for Economic Affairs (SECO) pada tahun 2022 Swiss mengalami inflasi sebesar +1,2 persen atau tertinggi sejak krisis keuangan tahun 2008 lalu. Beberapa harga komoditas naik, begitu juga dengan jasa dan perumahan. 

Dalam kaitan ini, Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad, memperkirakan bahwa tahun 2023 akan tetap memberikan gambaran positif bagi hubungan ekonomi kedua negara. Selain telah berlakunya Indonesia-EFTA CEPA pada 1 November 2021, beberapa langkah telah dilakukan untuk memanfaatkan perjanjian tersebut salah satunya adalah dengan diresmikannya Indonesia Trading House (ITH) pada 21 Januari 2023 lalu. Indonesia – EFTA CEPA tidak hanya mencakup sektor perdagangan, tetapi juga sustainability, capacity building, knowledge transfer, dan investasi. 

Terkait dengan investasi, data BKPM untuk periode Januari - Desember 2022 menunjukkan bahwa Swiss berada di urutan ke-20 dari semua negara, yang berinvestasi di Indonesia atau ke-5 dari benua Eropa. Jumlah proyek investasi meningkat dengan total 292 proyek pada 2022, dengan nilai investasi pada 2022, yaitu USD 133,77 juta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement