Rabu 08 Feb 2023 08:58 WIB

Tim Penyelamat Gempa Turki dan Suriah Berlomba dengan Waktu

Setiap menit, setiap jam yang terlewati, peluang menemukan korban selamat hilang

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang berlindung di gedung-gedung pemerintah setelah gempa bumi di Diyarbakir, tenggara Turki, Senin (6/2/2023). Menurut US Geological Service, gempa dengan magnitudo awal 7,8 melanda Turki selatan dekat perbatasan Suriah. Gempa tersebut menyebabkan bangunan runtuh dan mengirimkan gelombang kejut ke barat laut Suriah, Siprus, dan Lebanon. Ratusan orang tewas dan lebih dari tujuh ribu orang terluka di Turki, menurut AFAD, Kepresidenan Manajemen Bencana dan Darurat Turki.
Foto: EPA-EFE/REFIK TEKIN
Orang-orang berlindung di gedung-gedung pemerintah setelah gempa bumi di Diyarbakir, tenggara Turki, Senin (6/2/2023). Menurut US Geological Service, gempa dengan magnitudo awal 7,8 melanda Turki selatan dekat perbatasan Suriah. Gempa tersebut menyebabkan bangunan runtuh dan mengirimkan gelombang kejut ke barat laut Suriah, Siprus, dan Lebanon. Ratusan orang tewas dan lebih dari tujuh ribu orang terluka di Turki, menurut AFAD, Kepresidenan Manajemen Bencana dan Darurat Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pihak berwenang Turki mengatakan, sekitar 13,5 juta orang yang terdampak gempa menyebar sekitar 450 kilometer. Mulai dari Adana di sebelah barat sampai Diyarbakir di timur, dan 300 kilometer dari Malatya di utara sampai Hatay di selatan. Pihak berwenang Suriah melaporkan korban jiwa sampai di Hama yang terletak sekitar 250 kilometer dari pusat gempa.

"Saat ini berlomba dengan waktu, setiap menit, setiap jam yang  terlewati, peluang untuk menemukan korban selamat hilang," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga

Di seluruh kawasan, tim penyelamat bekerja keras siang dan malam sementara warga berkumpul di sekitar reruntuhan bangunan. Berharap teman, keluarga, dan tetangga mereka selamat.

Tidak banyak tim penyelamat di Antakya, ibukota Provinsi Hatay yang berbatasan dengan Suriah, yang ditugaskan di lapangan. Warga membongkar sendiri puing-puing bangunan yang ambruk. Warga meminta helm, palu, batang besi, dan tali.

Seorang perempuan berusia 54 tahun bernama Gulumser berhasil dikeluarkan dari puing-puing dengan selamat. Ia tertimpa bangunan delapan lantai selama 32 jam. Seorang perempuan lainnya berteriak ke tim penyelamat.

"Ayah saya berada di ruangan belakangnya, mohon selamatkan dia," kata perempuan itu.

Petugas penyelamat menjelaskan mereka tidak dapat menjangkau ruangan tersebut dari depan. Mereka membutuhkan eskavator untuk menyingkirkan dindingnya terlebih dahulu.

Lebih dari 12 ribu personel tim penyelamat dan pencari Turki bekerja di daerah terdampak gempa, bersama 9.000 tentara. Lebih dari 70 negara menawarkan bantuan tim penyelamat dan bantuan lain. Namun, skala bencana Senin (6/2/2023) sangat besar.

"Area yang terdampak sangat luas, saya tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya," kata anggota pemadam kebakaran dari Jerman Johannes Gust, sambil memasukkan peralatan ke dalam truk di Bandara Adana.

Badan Penanggulangan Bencana dan Kedaruratan Turki mengatakan, lebih dari 5.775 gedung hancur dan 20.426 orang terluka. Wakil Presiden Turki  Fuat Oktay mengatakan, jumlah korban jiwa saat ini 5.894 orang.

Dua tim dari Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) yang masing-masing terdiri atas 80 orang dan 12 anjing tiba di Turki pada Rabu (8/2/2023) pagi. Mereka bergerak menuju Provinsi Adiyaman untuk fokus pada pencarian dan penyelamatan di daerah perkotaan.

Di Jenewa, Swiss, juru bicara UNICEF James Elder mengatakan, gempa bermagnitudo 7,8 di Turki dan Suriah "mungkin telah menewaskan ribuan anak."

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement