REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Teriakan putus asa minta tolong terdengar dari mereka yang terperangkap di reruntuhan gedung di Provinsi Hatay. Sementara itu, warga sekitar berusaha menghangatkan diri di sekitar api unggun dalam cuaca hujan yang dingin.
Hatay, yang berbatasan dengan barat laut Suriah, adalah provinsi terparah di Turki yang terkena gempa dahsyat. Sedikitnya 872 orang tewas akibat gempa di provinsi tersebut. Warga mengeluhkan tanggap darurat yang tidak memadai dan petugas penyelamat mengalami kesulitan mendapatkan peralatan.
"Mereka berteriak (dari dalam reruntuhan) tapi tidak ada yang datang," ujar warga setempat Deniz yang selamat dari gempa.
Deniz mengkritik kurangnya upaya untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan. Deniz menunjuk ke sebuah bangunan yang hancur. Ibu dan ayahnya terjebak di bawah bangunan yang hancur itu dan menunggu pekerja darurat.
"Kami hancur, kami hancur. Ya Tuhan!" Mereka berteriak. Mereka berkata, 'Selamatkan kami,' tapi kami tidak bisa menyelamatkan mereka. Bagaimana kami akan menyelamatkan mereka? Tidak ada orang sejak pagi," ujar Deniz berteriak histeris.
Petugas penyelamat telah berjuang untuk mengatasi skala kehancuran di Turki selatan dan Suriah barat laut. Pada Selasa (7/2/2023) total korban tewas meningkat di atas 5.000 jiwa.
Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD) menyatakan, 13.740 personel pencarian dan penyelamatan telah dikerahkan ke wilayah gempa. Tetapi tingkat kerusakannya sangat besar dengan hampir 6.000 bangunan hancur di Turki selatan.
"Di Hatay lebih dari 1.200 bangunan telah hancur," kata Menteri Kesehatan Fahrettin Koca.
Tim penyelamat di Provinsi Hatay mengeluhkan kurangnya peralatan. Sementara orang-orang di jalan menghentikan mobil dan meminta alat untuk membantu menyingkirkan puing-puing.
Pemerintah mengumumkan "situasi darurat level 4" setelah terjadi gempa. Pemerintah Turki telah menyerukan bantuan internasional, tetapi belum mengumumkan keadaan darurat yang dapat mengerahkan mobilisasi militer. Di Ibu Kota Provinsi Hatay, Antakya, wartawan Reuters melihat pekerjaan penyelamatan sedang dilakukan di salah satu dari puluhan gundukan puing.
"Tidak ada pekerja darurat, tidak ada tentara. Tidak ada. Ini adalah tempat yang terabaikan," kata seorang pria, yang melakukan perjalanan ke Hatay dari Ankara setelah berhasil mengeluarkan seorang wanita dari reruntuhan sebuah bangunan sendirian.
"Ini adalah kehidupan manusia. Apa yang dapat kamu lakukan ketika mendengar suara kehidupan?" ujar pria yang menolak disebutkan namanya itu.
Provinsi Hatay menampung lebih dari 400 ribu warga Suriah. Sebagian besar adalah pengungsi yang melarikan diri dari perang saudara di Suriah.