REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan yang sangat besar usai gempa besar menewaskan ribuan orang di Suriah dan Turki. Suriah sudah mengalami krisis kemanusiaan terburuk usai dilanda perang saudara selama 12 tahun.
Pejabat Senior Kedaruratan WHO Adelheid Marschang mengatakan kapasitas Turki untuk merespon krisis yang diakibatkan gempa bermagnitudo 7,8 cukup kuat. Tapi kebutuhan yang tak terpenuhi dalam waktu singkat dan jangka-menengah akan di perbatasan Suriah.
"Krisis ini di atas berbagai krisis yang berdampak di kawasan," katanya dalam rapat dewan WHO di Jenewa, Selasa (7/2/2023).
"Di seluruh penjuru Suriah, kebutuhan berada di puncaknya setelah 12 tahun krisis berlarut-larut, rumit, sementara anggara bantuan kemanusiaan terus menurun," tambahnya.
Ia mengatakan sekitar 23 juta orang termasuk 1,4 juta anak-anak kemungkinan terpapar krisis. Setelah gempa dan gempa susulan menghancurkan ribuan bangunan di kedua negara.
WHO mengatakan sedang mengirim pasokan darurat termasuk perangkat operasi darurat dan trauma. WHO juga mengaktifkan jaringan tim medis darurat.
"Sekarang berlomba dengan waktu, setiap menit, setiap jam terlewati, peluang menemukan penyintas hidup hilang," katanya.
Ia mengatakan WHO khawatir dengan daerah-daerah di Turki dan Suriah yang tidak mengirimkan informasi sejak gempa Senin lalu.
"Pemetaan kerusakan merupakan salah satu cara untuk memahami dimana kami harus memfokuskan perhatian kami," katanya.