REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lampu merah (stopan) Kiaracondong Kota Bandung sempat viral di jagat maya akibat durasi tunggunya yang disebut mampu merenggut masa muda. Julukan unik lain seperti lampu merah penguji iman hingga lampu merah terlama di Indonesia membuat banyak warganet penasaran alasan dibalik lamanya durasi tunggu lampu merah yang terletak di simpang Jalan Soekarno Hatta-Jalan Ibrahim Adji tersebut.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bandung Khairur Rijal mengungkapkan, memang terdapat tiga simpang yang khusus diatur secara manual oleh petugas Area Traffic Management System (ATCS), termasuk lampu merah Kiaracondong (Stopan Kircon). Dia menjelaskan, Dishub Kota Bandung dapat menetukan prioritas durasi waktu yang lebih lama pada simpang atau stopan tertentu untuk mengurangi kepadatan.
Dia mengungkapkan, untuk stopan Kircon atau simpang Samsat, durasi lampu merah dalam satu siklus terdiri dari 420 detik, dengan rincian dari arah timur 180 detik, selatan 50 detik, dan utara 80 detik. Namun bila terjadi antrean yang lebih panjang di simpang tertentu maka tim ATCS dapat memberikan prioritas waktu hijau yang lebih lama agar antrean panjang dapat terurai, sambungnya.
Rijal mengatakan, berdasarkan data setiap pagi mulai pukul 06.00-09.00 WIB, jumlah kendaraan dari arah timur menuju utara sebanyak 28.900 kendaraan. Sedangkan dari timur ke barat sebanyak 22.792 kendaraan.
Dari data tersebut dalam tiga jam saja hampir 50.000 kendaraan bergerak dari timur. Dalam satu kali jumlah siklus 180 detik, hanya 550 kendaraan bisa dialirkan, dan dipastikan adanya perlambatan, katanya.
"Volume timur tinggi di pagi hari, kami mengatur intervensi waktu siklus sehingga antrian tidak terlalu mengular ke belakang," imbuhnya.
Dia juga menegaskan, bahwa simpang Samsat sudah mencapai tingkat kejenuhan tertinggi, sehingga diperlukan adanya intervensi demi mengatasi kemacetan panjang di titik tersebut. Sebagai informasi, persimpangan Jalan Soekarno Hatta - Jalan Ibrahim Adjie merupakan titik temu bagi pengendara motor dari arah Bandung Timur dan Bandung Selatan menuju ke Bandung Kota. Sehingga, mengakibatkan kepadatan volume kendaraan.
Rijal juga mengingatkan bahwa volume kendaraan di Kota Bandung telah overload, terlebih di pagi hingga sore hari, mengingat banyak warga dari sekitaran Bandung Raya yang beraktivitas di kota kembang. Sementara itu, ruas jalan Kota Bandung sangat terbatas sehingga kemacetan merupakan keniscayaan yang sulit dihindari.
"Macet sumbangsih terbesar dari kendaraan pribadi. Untuk itu kami mengimbau masyarakat untuk menggunakan transportasi umum seperti TMB, angkot dan transportasi publik lainnya," ujarnya.