Sabtu 11 Feb 2023 07:02 WIB

Iran Bebaskan Pembangkang Usai Aksi Mogok Makan

Gambar di media sosial tentang Meysami yang kurus kering menjadi viral

Rep: Dwina/ Red: Teguh Firmansyah
 Foto selebaran yang disediakan oleh kantor pemimpin tertinggi Iran menunjukkan, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berbicara selama pertemuan di Teheran, Iran, 12 Januari 2023.
Foto: EPA-EFE/IRANIAN SUPREME LEADER OFFICE
Foto selebaran yang disediakan oleh kantor pemimpin tertinggi Iran menunjukkan, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berbicara selama pertemuan di Teheran, Iran, 12 Januari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID T,EHERAN - - Iran membebaskan pembangkang yang mogok makan di penjara Farhad Meysami pada Jumat (10/2/2023). Pembebasan ini sepekan  setelah para pendukungnya memperingatkan bahwa dia berisiko mati karena memprotes kewajiban mengenakan jilbab.

"Menyusul persetujuan pemimpin revolusi (Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei) dari ... amnesti baru-baru ini, Farhad Meysami dimasukkan dalam amnesti ini dan dibebaskan dari penjara beberapa jam yang lalu," kata pengadilan Iran di Twitter.

 

Gambar di media sosial tentang Meysami yang kurus kering menjadi viral. Kondisinya itu menyebabkan kemarahan di kalangan pengguna media sosial dan kelompok hak asasi internasional. Dia telah dipenjara sejak 2018 karena mendukung aktivis perempuan yang memprotes kebijakan jilbab Iran. 

 

Gambar menunjukkan Meysami meringkuk di tempat yang tampak seperti ranjang rumah sakit dengan tulang rusuknya menonjol. "Gambar mengejutkan dari Dr. Farhad Meysami, seorang pembela berani untuk hak-hak perempuan yang telah melakukan mogok makan di penjara," cuit  Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Iran Robert Malley.

 

"Gambar-gambar ini (Meysami) adalah pengingat mengejutkan dari penghinaan otoritas Iran terhadap hak asasi manusia," ujar Amnesty International. 

 

Dalam sebuah surat, Meysami mengajukan tiga tuntutan. Dia meminta diakhirinya eksekusi, pembebasan tahanan politik-sipil, dan diakhirinya  pemakaan berjilbab. 

 

Ayatollah Khamenei mengeluarkan amnesti yang mencakup sejumlah besar tahanan termasuk beberapa yang ditangkap dalam protes anti-pemerintah baru-baru ini pada akhir pekan lalu. Perintah tersebut bertepatan dengan peristiwa yang menandai peringatan revolusi Islam Iran pada 1979.

 

Iran telah diguncang kerusuhan nasional setelah kematian perempuan Kurdistan Iran Mahsa Amini pada 16 September dalam tahanan polisi. Gejolak ini salah satu tantangan terkuat bagi Republik Islam sejak revolusi 1979.

 

Kelompok hak asasi mengatakan, lebih dari 500 pengunjuk rasa telah meninggal dan hampir 20 ribu lainnya ditangkap. Setidaknya, menurut laporan pengadilan, empat orang telah digantung. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement