REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Indonesia Tbk (Adaro) berkomitmen terus meningkatkan aspek ESG dalam operasional perusahaan agar bisa menjadi perusahaan tambang yang baik dan mendukung prinsip hijau.
General Manager HSE, Risk Management, and Crisis Team Leader PT Adaro Energy Indonesia, Rusdi Husin menjelaskan, sejak 2021, Adaro terus meningkatkan efektivitas operasional perusahaan dan juga membuat perencanaan perusahaan yang mendukung penurunan emisi karbon. Hal ini kemudian berbuah hasil perusahaan mengantongi ESG Ratings BBB pada tahun lalu.
"Artinya, kita sudah setara tambang besar di dunia seperti Rio Tinto dan Vale. Jadi ini assesment bukan dari kita, ini dari pihak independen. Laporan terakhir, kami bersyukur bahwa karbon emisi kami sudah setara dengan rata-rata emisi karbon di klaster industri," ujar Rusdi dalam diskusi di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Ahad (12/2/2023).
Rusdi menjelaskan, dalam waktu dekat Adaro akan meluncurkan roadmap perusahaan untuk mencapai nett zero emission (NZE). Hal ini juga sejalan dengan beberapa proyek besar yang sedang ditangani oleh perusahaan baik itu pabrik smelter maupun baterai.
"Memang dalam waktu dekat kami masih memakai batu bara, namun kami sudah punya strategi untuk menggantikan sumber energi ini memakai hidro dan panel surya. Jadi kami bisa memproduksi alumina hijau dan baterai hijau," ujar Rusdi.
Perusahaan batu bara ini pada tahun lalu sudah meluncurkan Adaro Green sebagai salah satu pilar perusahaan. Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir menjelaskan, melalui pilar ini, perseroan akan fokus mengembangkan berbagai sumber energi baru dan terbarukan.
Garibaldi berharap, upaya yang dilakukan secara berkesinambungan ini akan menjadi awal yang signifikan dari perjalanan transformasi Adaro melalui green initiatives jangka panjang serta dengan business model yang lebih seimbang dan berkelanjutan bagi Grup Adaro.