Senin 13 Feb 2023 21:55 WIB

Di Depan Legislator, Wamen BUMN Sebut Kereta Cepat Bisa Selesai Juli 2023

Wamen BUMN sebut untuk tambahan biaya, pemerintah ajukan pinjaman ke CDB

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kereta Cepat Jakarta Bandung. Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan Kereta Cepat ditargetkan bisa selesai pembangunan pada Juli 2023. Saat ini alokasi dana Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk proyek ini masuk dalam proses pencairan ke KCIC.
Foto: Republika/Nur Hasan Murtiaji
Kereta Cepat Jakarta Bandung. Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan Kereta Cepat ditargetkan bisa selesai pembangunan pada Juli 2023. Saat ini alokasi dana Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk proyek ini masuk dalam proses pencairan ke KCIC.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan Kereta Cepat ditargetkan bisa selesai pembangunan pada Juli 2023. Saat ini alokasi dana Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk proyek ini masuk dalam proses pencairan ke KCIC.

"Dari Beijing sudah sepakat dengan cost overrun yang sudah disepakati oleh Indonesia dan China. Sehingga cair segera ke KCIC," ujar Tiko dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Senin (13/2).

Tiko juga menjelaskan untuk tambahan biaya operasional KCIC, pemerintah juga mengajukan pinjaman ke China Development Bank (CDB). Dimana saat ini kata Tiko pihak pemerintah sedang menegosiasikan term untuk pinjaman.

"Kami sedang melakukan negosiasi dan kami harapkan bisa selesai 1-2 minggu ini. Sehingga diharapkan nantinya penyelesaian kereta cepat bisa sesuai jadwal juni juli 2023," ujar Tiko.

Pemerintah mengajukan pinjaman 550 juta dolar AS untuk proyek ini. BPKP kata Tiko sudah mensetujui hal ini.

Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan bahwa dalam bengkaknya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tidak dikorupsi. Ia mengatakan, bengkaknya proyek ini karena berbagai hal, terutama kenaikan kebutuhan proyek.

"Apapun yg terjadi pada saat COVID itu kan pembangunan harus dijalankan tetapi tidak bisa maksimal, karena situasi COVID. Lalu kita lihat juga supply chain rantai pasok sangat terganggu, artinya harga-harga komoditas tinggi termasuk besi, itu termasuk dalam cost overrun, ini yang penting," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement