REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspedisi ke reruntuhan kapal Titanic menjadi salah satu momen yang paling menghantui sepanjang hidup Robert Ballard. Kapal penumpang Inggris RMS Titanic menabrak gunung es dan tenggelam di Samudra Atlantik Utara pada 15 April 1912.
Kapal itu tenggelam dalam pelayaran perdananya dari Southampton, Inggris, ke New York City, Amerika Serikat. Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) tempat Ballard bergabung, membantu menemukan lokasi tenggelamnya kapal.
Tim dari WHOI bermitra dengan organisasi eksplorasi oseanografi Prancis, Institut français de recherche pour l'exploitation de la mer, menemukan lokasi kapal di kedalaman 3.780 meter pada 1 September 1985. Kru memakai kapal selam dan kamera bawah air.
"Saya tidak pernah melihat Titanic (sebelumnya). Saya menatapnya, dan tidak ada yang kecil. Rasanya seperti ada orang-orang yang menatap balik ka arah kami. Itu cukup menghantui," kata Ballard, dikutip dari laman AP, Kamis (16/2/2023).
Ballard melakukan ekspedisi dengan kapal selam dengan total jumlah awak tiga orang. Di tengah kegelapan air, Ballard melihat tembok raksasa dari baja berpaku yang menjulang sekitar 30 meter.
Itulah bangkai kapal Titanic yang mereka temukan. Menurut Ballard, tidak ada daging atau tulang manusia yang tersisa.
Akan tetapi, pemandangan sisa-sisa kehidupan seperti sepatu milik ibu dan bayi, menampilkan kesan ngeri di lokasi di mana sekitar 1.500 orang yang tewas di lautan tersebut. Setelah Titanic tenggelam, penumpang yang masuk ke air dan tidak memiliki jaket pelampung meninggal karena hipotermia dan kehujanan.
Ballard merasakan kecamuk emosi selama misi 1985. Perwira intelijen Angkatan Laut itu kerap terlibat dalam program militer dan sama sekali tidak menyangka akan terpengaruh oleh penemuan itu. Ballard ingat dirinya sempat harus jeda sejenak dan menenangkan diri selama ekspedisi.
"Kami mengadakan upacara peringatan kecil untuk semua orang yang telah meninggal," ujarnya.
Setelah ekspedisi 1985, setahun berikutnya ada perjalanan lanjutan, yang dirangkum dalam video ekspedisi bawah air ke reruntuhan Titanic dan kini dirilis kepada publik. Telah ada upaya sebelumnya untuk menemukan bangkai kapal namun tak berhasil.
Perjalanan pada 1985 dan 1986 dimungkinkan oleh kendaraan bawah air canggih yang dapat bertahan dalam berbagai kondisi. Insinyur WHOI, Andy Bowen, termasuk salah satu orang yang membantu mengembangkan kendaraan canggih tersebut.
"Airnya mendekati suhu beku dan mungkin tantangan terbesar adalah lokasi yang terpencil, dan khususnya lingkungan yang keras sehubungan dengan tekanan yang dialami peralatan kami," ungkap Bowen.